Jangan Suka Perkeruh Masalah
foto: blog.une.edu.au
UM Surabaya

*) Oleh: Ferry Is Mirza DM

Sifat manusia ada bermacam-macam dalam menghadapi masalah pada kehidupan sehari hari.

Islam tidak mengenal sifat pesimisme, lari dari masalah atau lari dari kenyataan, meremehkan masalah, atau bersikap acuh terhadap masalah. Sebaliknya, Islam memerintahkan umat untuk menghadapinya dengan gagah dan berani.

Saat dihadapkan dengan suatu masalah, umat muslim dianjurkan untuk terus bersabar. Ini karena sabar dapat mendatangkan kebahagiaan dan ketenteraman jiwa.

Kemudian, dianjurkan pula untuk menghindari segala sesuatu yang dapat memperkeruh masalah. Alangkah lebih baik jika masalah tersebut didiskusikan atau dimusyawarahkan agar dapat dicari jalan keluarnya. Jangan bersikap idealis mau menang sendiri

Setelah menghadapi masalah dengan sabar dan menemukan jalan keluarnya, umat muslim dianjurkan untuk berdoa. Serahkan segala sesuatunya pada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Sebab, Allah adalah sebaik-baiknya perencana.

“Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisiMu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini).”
(QS. Al Kahfi : 10)

Kehidupan manusia di dunia ini yang sering terjadi adalah beda pendapat, sengketa duniawi, berkelahi, tidak bertegur sapa, berebut warisan harta duniawi, berbuat fitnah, ghibah (bergunjing atau perbuatan membicarakan aib dan keburukan orang lain yang tidak hadir dalam pembicaraan) dan perbuatan lain sehingga memutuskan tali silaturahminya.

Apakah kita ini sebagai manusia adalah seorang muslim dan bagaimana kalau kita mengaku sebagai seorang muslim

Barangsiapa mengaku sebagai seorang muslim hendaknya selalu menjalin hubungan baik dengan sanak famili / keluarganya, teman temannya dan orang- orang di sekitarnya.

Rasulullah bersabda:

“Wahai manusia, tebarkanlah salam, berikanlah makan, sambunglah silaturahmi, salatlah pada malam hari ketika orang-orang sedang tidur, kalian akan masuk surga dengan selamat.” (HR. Ibnu Majah dan At Tirmidzi)

Sesungguhnya menjalin persatuan dan menjaga ikatan kekeluargaan adalah dasar ketakwaan yang dapat mengantarkan manusia ke tingkat kesempurnaan.

“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka muliakanlah tamunya. Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka sambunglah tali silaturahmi.

Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka katakanlah yang baik atau diam” (HR. Bukhari). (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini