*) Oleh: Ferry Is Mirza DM
Kehidupan manusia di dunia ini yang sering terjadi adalah beda pendapat, sengketa duniawi, berkelahi, tidak bertegur sapa, berebut warisan harta duniawi.
Juga berbuat fitnah, ghibah (bergunjing atau perbuatan membicarakan aib dan keburukan orang lain yang tidak hadir dalam pembicaraan) dan perbuatan lain sehingga memutuskan tali silaturahminya.
Apakah kita ini sebagai manusia adalah seorang muslim dan bagaimana kalau kita mengaku sebagai seorang muslim?
Barang siapa mengaku sebagai seorang muslim hendaknya selalu menjalin hubungan baik dengan sanak famili atau keluarganya, teman temannya dan orang- orang di sekitarnya.
Rasulullah bersabda:
“Wahai manusia, tebarkanlah salam, berikanlah makan, sambunglah silaturahmi, salatlah pada malam hari ketika orang-orang sedang tidur, kalian akan masuk surga dengan selamat.” (HR. Ibnu Majah dan At Tirmidzi)
Sesungguhnya menjalin persatuan dan menjaga ikatan kekeluargaan adalah dasar ketakwaan yang dapat mengantarkan manusia ke tingkat kesempurnaan.
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka muliakanlah tamunya. Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka sambunglah tali silaturahmi.
Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka katakanlah yang baik atau diam.” (HR. Bukhari)
Akhlak adalah cerminan dari hati seorang muslim. Sehingga, perangai yang penuh adab dan sopan santun merupakan gambaran dari apa yang ada di dalam hatinya.
Sebaliknya, tutur kata yang tidak beradab, sikap yang jelek, itu pun merupakan gambaran isi hati seseorang.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Ketahuilah, di dalam jasad ada segumpal daging.
Apabila baik, maka baiklah seluruh jasadnya, dan apabila rusak maka rusaklah seluruh jasadnya. Ketahuilah, dia adalah hati.” (HR. Al-Bukhâri, no. 52 dan Muslim, no. 1599)
Bahkan akhlak yang baik adalah bukti kebenaran iman seseorang. Sebagaimana disebutkan dalam hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah ahallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.”
(HR. At-Tirmidzi, Kitab Ar-Radha’ Bab Ma Jaa fi Haqqil Marah ‘ala Zaujiha, no. 1082, dishahihkan oleh dalam Shahih Al-Jami’ no. 1232). (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News