IPM Harus Merawat Kepribadian Tajdid untuk Bersaing di Era Antroposen
Haedar Nashir. foto: ist
UM Surabaya

Pertumbuhan pesat teknologi mengantar manusia pada realitas baru di mana manusia menjadi pusat kendali semesta. Selain semakin instrumental, aspek-aspek teologis dan spiritual juga makin bias dan terkikis.

“Realitas ini harus menjadi pertimbangan dakwah bagi kepemimpinan Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PP IPM),” ujar Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir pada pengukuhan PP IPM periode 2023-2025 di Aula Gedung Dakwah Pimpinan Pusat Muhammadiyah Jakarta, Selasa (26/9/2023).

Haedar menegaskan, dalam konteks tersebut, IPM harus menjadi bagian dari orientasi gerakan strategis Muhammadiyah mewujudkan Islam Berkemajuan dalam mengawal gelombang perubahan itu.

IPM dan seluruh organ di Muhammadiyah harus menjadi pelaku dakwah Muhamamdiyah yang membawa misi humanisasi, liberalisasi, dan transendensi. Itulah amar makruf nahi munkar Muhammadiyah,” pesannya.

Haedar menyebut fenomena antroposen tersebut harus dipahami IPM agar membawa dakwah yang menjadikan manusia tetap pada fitrahnya sebagai pemakmur bumi (khalifah fil ardh).

Untuk itu, berpesan agar IPM membangun karakter dan kepribadian tajdid dengan pemahaman bayani (dalil), burhani (ilmu pengetahuan), dan irfani (hikmah) yang saling terkoneksi satu sama lain.

Sebab jika tidak terkoneksi, maka yang terjadi kata dia adalah teknologi minus nilai, ilmu pengetahuan hanya bersifat rasional minus spiritual dan keberagamaan yang kering sehingga melahirkan ateisme dan agnotisme.

“Nah ini perlu disadari oleh generasi Muhammadiyah agar dimensi dakwah kita ada keutuhan. Maka dalam semangat dakwah itu, jangan lupa fondasinya, bingkainya, agar baik dalam ranah politik, sosial, global dan seterusnya, IPM tetap pada bingkai qimmah, fikrah dan wawasan, tidak semata-mata pragmatis,” ucapnya.

Haedar juga berpesan agar kepemimpinan baru ini senantiasa merawat sistem organisasi agar target-target IPM tidak hanya tercapai, tapi juga berdampak luas bagi masyarakat, terutama bagi generasi muda.

“Jaga organisasi secara sistem dan Muhammadiyah harus terus bergerak melakukan aktivitas-aktivitas yang menjadi concern gerakan. Jangan sampai pakem atau mengalami penurunan akibat pemilu 2024,” kata Haedar.

“Bangsa Indonesia selalu punya masalah, maka ketika ada kemajuan jangan larut dan lupa diri, tapi ketika ada masalah jangan jatuh diri dan pesimis tidak bisa menyelesaikan masalah,” katanya.

“Asal semua pihak jujur dan tidak memanipulasi ketika ingin menyelesaikan masalah. Harus berani melakukan koreksi, karena kalau kita jalan terus di jalan yang salah, sunatullah akan tetap terjadi,” imbuh Haedar.

Dia meminta IPM memanfaatkan ruang terbuka ini untuk aktualisasi peran. Hal ini sebagaimana Muhammadiyah menghendaki IPM sebagai pilar Muhammadiyah dari pelajar untuk hadir jadi sosok generasi ulul albab.

“Generasi yang menyinari negeri ini, mencerahkan semesta dan membawa misi Islam Berkemajuan,” pungkas Haedar. (afn/ded)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini