*) Oleh: Ferry Is Mirza DM
Kebiasaan berbuat baik telah diajarkan dari orang tua ke kita sejak kecil. Perbuatan baik pada dasarnya merupakan suatu bentuk kasih sayang serta kepedulian kepada sesama dan lingkungan.
Jika hal tersebut dilakukan secara berkala, maka kita dapat merasakan berbagai manfaat yang baik untuk kenyamanan tubuh, jiwa dan batin.
Namun tidak dapat dipungkiri dari perbuatan baik yang kita lakukan, tidak semua orang menilainya baik. Bahkan justru ada yang salah menilai perbuatan baik kita.
Sesungguhnya di saat itulah kita sedang diuji niat kita dalam berbuat kebaikan, jika kita dapat melaluinya insya Allah akan diberikan tempat yang terbaik di sisi Allah.
“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri.” (QS. Al Isra’ : 7)
Janganlah menyangka bahwa hukuman meninggalkan amar ma’ruf nahi munkar bukan hanya menimpa orang yang zalim dan pelaku maksiat, namun boleh jadi juga menimpa manusia secara keseluruhan.
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali Imron: 110)
Hendaklah kita melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar dalam rangka ibadah dan taat kepada Allah serta mengharap keselamatan dari siksa Allah
“Dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal hal yang diwajibkan (oleh Allah).” (QS. Luqman: 17)
Jika ada orang yang ingin ber-amar ma’ruf nahi mungkar, wajib bagi yang lain untuk membantunya hingga maksudnya yang Allah dan Rasulnya perintahkan tercapai.
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan melampaui batas.” (QS. Al Maidah: 2). (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News