Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menggelar Sekolah Kader Pemberdayaan Masyarakat (Sekam) angkatan 2023, 27 September-1 Oktober 2023 setelah sempat terhenti karena Pandemi Covid-19.
Dalam ketua Ketua PP Muhammadiyah Agung Danarto menyampaikan, pemberdayaan berangkat dari teologi Al Ma’un yang fondasinya diletakkan oleh KH Ahmad Dahlan. Bahkan menjamurnya jumlah Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) juga berlandaskan teologi Al Ma’un.
“Itu adalah landasan untuk melakukan pemberdayaan. Sehingga salat saja bisa saja tidak dianggap, maka juga harus peduli dengan orang miskin,” ungkapnya dalam Pembukaan Sekam, Rabu (27/9/2023).
Agung lalu membakar semangat peserta Sekam angkatan 2023 dengan menyitir perkataan Said Tuhuleley, “Selama rakyat masih menderita, tidak ada kata istirahat.”
Menurutnya memang berat menjadi aktivis pemberdayaan, maka jika ragu menjadi kader disilakan untuk pulang.
Agung menambahkan, salah satu sisi pemberdayaan adalah membuka akses yang sama kepada seluruh lapisan kelompok masyarakat.
Da melihat tertutupnya akses tersebut juga disebabkan oleh struktur masyarakat yang timpang. Maka tidak berlebihan jika ada yang menyebut ada kemiskinan struktural.
“Terus semangat diniati untuk mendekatkan diri kepada Allah, dan ikhtiar untuk meningkatkan kemampuan diri kita semuanya,” tutur Agung.
Sementara itu, Ketua MPM PP Muhammadiyah, M. Nurul Yamin dalam sambutannya mengatakan bahwa pembukaan Sekam 2023 dibarengkan dengan Kick Off sinergi dengan PT PII.
Sementara itu, peserta Sekam merupakan kader terpilih yang akan menjadi fasilitator MPM.
Secara teknis acara, Yamin menjelaskan pengayaan materi teoritis atau materi ideologi di kelas diselenggarakan selama dua hari.
Setelah itu peserta Sekam akan diterjunkan untuk life in bersama kelompok dampingan MPM PP Muhammadiyah yang meliputi kelompok petani, pemulung, dan difabel.
“Mereka akan kita terjunkan untuk ikut merasakan denyut nadi masyarakat, yang khususnya pada Seka ini adalah kelompok masyarakat dampingan MPM PP Muhammadiyah,” ungkap Yamin.
Kader pemberdayaan diharapkan akan menjadi anak panah yang melesat, mendampingi masyarakat untuk berdaya, bukan hanya yang ada di Yogyakarta, tetapi juga di seluruh Indonesia.
Sedangkan terkait dengan kerja sama antara MPM dan PT PII akan dilakukan dengan menyasar masyarakat di 3T yaitu di Warmon Kokoda dengan fokus pemberdayaan bidang pendidikan dan lokasi kedua ada di Tliu Nusa Tenggara Timur dengan fokus pemberdayaan untuk air bersih.
“Karena memang pemberdayaan membutuhkan nafas panjang, dan logistik yang tidak sedikit,” imbuhnya.
Setelah di dua lokasi itu, dalam waktu dekat MPM PP Muhammadiyah juga akan bergerak untuk mendampingi nelayan di Kabupaten Gunungkidul dan pemberdayaan Suku Dayak di Kalimantan. Oleh karena itu, dibutuhkan kader-kader pemberdayaan yang mumpuni.
Sementara itu, Manajer Senior PT PII Farida Astrini menyambut baik kerja sama yang dibangun dengan MPM PP Muhammadiyah. Pihaknya mengaku memiliki kesamaan komitmen dengan MPM PP Muhammadiyah. Lebih-lebih untuk di daerah 3T.
“Kami ini memang memiliki fokus pada bidang pendidikan, dan beberapa bidang lain termasuk perilaku hidup sehat. Kami berharap sama-sama bisa menjadi solusi untuk mengatasi masalah tersebut,” katanya.
Dia berharap sinergi kolaborasi ini dapat berjalan dengan baik ke depan. Dalam pandangannya, kick off ini merupakan awal dari perubahan yang berarti. Termasuk melalui Kader Sekam yang akan menjadi titik ubah masyarakat menjadi semakin berdaya. (*/ded)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News