Dalam usaha mencapai Indonesia Emas 2045, langkah yang harus diambil adalah dengan cara menjadikan masyarakat Indonesia berilmu dan masif dalam urusan Iptek.
Hal itu ditegaskan Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof Haedar Nashir dalam Pengukuhan Toni Toharudin sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Sains pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Padjadjaran, Rabu (27/9/2023)
Dari orasi ilmiah, Prof Toni Haedar Wakil Ketua Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah
menyebut setidaknya keinginan atau tujuan ideal bangsa Indonesia adalah menjadi bangsa yang modern dan maju dengan sains, serta mempelajari konsep keseimbangan tentang ekosistem dan lingkungan hidup.
“Poin penting dari keduanya ialah bahwa kita bisa menjadi negara maju dan modern jika basic yang kita punya adalah ilmu. Jadikanlah masyarakat Indonesia sebagai masyarakat yang berilmu dan dengan kemasifan serta penguasaan sains-teknologi Indonesia baru bisa meraih Indonesia Emas pada tahun 2045,” ungkapnya.
Haedar mengatakan, dengan membangun masyarakat ilmu dan kuat dalam penguasaan Iptek, Bangsa Indonesia akan mampu bersaing dengan bangsa besar lainnya.
Namun demikian, memang ada problem di masyarakat kita tentang kesadaran ilmu, kesadaran sains, kesadaran teknologi hanya semata-mata suatu hal praktis saja dan belum menjadi statement sains, belum menjadi sebuah tolak ukur yang inti seperti bangsa-bangsa lain.
“Oleh karena itu, tugas kita bagaimana kampus untuk menyebarluaskan bagaimana pemikiran-pemikiran tersebut agar masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang state of mind-nya lebih luas dalam IPTEK,” imbuhnya.
Terakhir, kepada institusi pendidikan, termasuk perguruan tinggi seperti Universitas Padjadjaran, Haedar berharap supaya menjadi institusi yang mencerdaskan kehidupan bangsa secara holistik.
Sebab dengan kecerdasan yang holistik itu Bangsa Indonesia bukan hanya pandai menguasai IPTEK tetapi juga punya karakter akhlak yang luhur, juga mereka menjadi orang-orang yang beriman, bertakwa yang baik juga melahirkan moralitas dan etik.
“Ilmu tanpa etik dan moral bisa disalahgunakan. Itulah sebabnya kita hadir di acara yang penting ini. Dan terakhir adalah bagaimana kesadaran ilmu dalam melahirkan visi kebangsaan bagi para elite negara,” harap Haedar.
Pada kesempatan ini, menjelang Pemilu 2024, Haedar mengatakan bahwa rakyat berharap para pemimpin, baik yang dipilih di legislatif maupun eksekutif, adalah mereka yang punya visi keilmuan yang melahirkan visi kenegaraan dan visi kebangsaan yang luas.
“Tidak cukup pemimpin di republik ini hanya punya kapasitas tentang teknik-teknologis saja, tetapi juga harus memiliki wawasan kebangsaan, wawasan kenegaraan bahkan wawasan kesemestaan yang luas, yang basic-nya adalah sains,” tandasnya. (*/ded)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News