Teliti Mutu Pelayanan Keperawatan, Aziz Alimul Hidayat Dikukuhkan jadi Guru Besar
A. Aziz Alimul Hidayat bersama Rektor Um Surabaya Dr dr Sukadiono. foto: um surabaya
UM Surabaya

Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) UM Surabaya Prof Dr A. Aziz Alimul Hidayat, S.Kep. Ns., M.Kes resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar bidang Ilmu Keperawatan.

Upacara pengukuhan jabatan Guru Besar yang berlangsung di Gedung At-Tauhid Tower lantai 13 UM Surabaya, Sabtu (30/9/23).

Pada acara pengukuhan, Aziz Alimul Hidayat menyampaikan pidato dengan judul “Transformasi Pendidikan Keperawatan di Era Society 5.0”.

Aziz menjelaskan, pendidikan keperawatan adalah pendidikan yang sifatnya akademis dan profesional yang menghasilkan perawat atau profesi ners yang dituntut untuk memiliki kompetensi dalam praktik keperawatan.

Tugasnya sebagai pemberi asuhan keperawatan, penyuluh dan konselor bagi klien, pengelola pelayanan keperawatan, peneliti keperawatan, pelaksana tugas berdasarkan pelimpahan wewenang untuk melakukan tindakan medis dan dalam rangka program pemerintah, baik sifatnya delegatif maupun mandate secara tertulis, serta sebagai pelaksana tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu berdasarkan penugasan pemerintah.

“Orientasi pendidikan keperawatan harus sejalan dengan perkembangan pelayanan keperawatan, perubahan di berbagai aspek dalam pelayanan keperawatan karena hal ini memberi konsekwensi perubahan dalam proses pendidikan keperawatan,” ujar Aziz.

Ia mengatakan, perubahan dalam pelayanan keperawatan di era Soeciety 5.0 lebih menfokuskan pada konteks manusia yang memungkinkan dalam aktivitas menggunakan ilmu pengetahuan berbasis modern (AI, Robot, IoT) untuk kebutuhan agar dapat hidup secara nyaman, manusia sebagai komponen utamanya.

Menurutnya, era Society 5.0 internet tidak hanya digunakan sumber informasi, akan tetapi digunakan untuk menjalani kehidupan, termasuk manusia diharapkan mampu menciptakan nilai baru melalui perkembangan teknologi.

Dalam pidato pengukuhannya, Aziz menjelaskan bagaimana meningkatkan mutu pendidikan yang berkorelasi dengan kebutuhan mutu pelayanan keperawatan di masa sekarang dan masa depan.

Rupanya pria kelahiran Pucuk Lamongan tersebut mengembangkan model sistem mutu yang merupakan pengembangan dan modifikasi dari model sistem mutu Malcolm Baldrige.

Pertama, dengan rekonstruksi kurikulum yang berorientasi pada OBE (Outcome base education). Menurutnya dengan berbasis skill masa depan perawat seperti: skill komunikasi, berpikir kritis/kreatif untuk problem solving, tentu hal ini akan meningkatkan kemampuan dalam analysis, synthesis, evaluation, decision making, dan creative thinking, colaborasi & adaptif thinking.

Skill teknologi yang meliputi computer literacy (digital literacy), internet skill, dan mengambil dan mengelola informasi melalui teknologi (nursing data science) dan skill keperawatan itu sendiri, termasuk di dalamnya terdapat skill interpersonal, personal, di mana diharapkan lulusan mampu membangun teamwork, membangun hubungan, manajemen konflik, manajemen perubahan, responsiveness, dan perilaku caring.

Kedua, penataan sistem pembelajaran berbasis teknologi Informasi. Penataan sistem tersebut dengan menggunakan model blended learning dengan pendekatan contextual teaching learning, problem based learning dan project based learning.

Pengembangan blended learning merupakan bagian dari pengembangan pembelajaran karena di dalamnya terdapat proses yang sistematis untuk mencapai tujuan pembelajaran, mulai dari identifikasi masalah, pengembangan strategi dan pengembangan bahan ajar, serta evaluasi bahan ajar.

Ketiga, integrasi sistem pendidikan dan pelayanan keperawatan adalah bagian dari link and match dunia industri kesehatan.

Link and match adalah menghubungkan pendidikan dengan dunia industri sehingga diharapkan ada relevansi atau kesinambungan antara institusi sebagai pencetak lulusan (produk tenaga kerja) dengan industri yang membutuhkan tenaga kerja yang sesuai bidang keahlian.

“Dari ketiga upaya dan solusi dalam menyelesaikan masalah tersebut, perlu digunakan prinsip kerja dengan menggunakan pola ADLI, A=Approach (pendekatan), D=deployment (penyebarluasan), L=learning (pembelajaran) dan I=integrasi dalam mengukur, mengevaluasi serta dalam menjalankan upaya tersebut,” terang Aziz.

Menurutnya dengan demikian ketiga upaya tersebut tentu dapat melakukan transformasi pendidikan keperawatan di era Society 5.0 yang dapat memberikan kontribusi pada kualitas perawat-perawat baru yang dihasilkan dari institusi pendidikan keperawatan.

Hal ini pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan di tatanan pelayanan kesehatan atau industri kesehatan. (*/is)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini