Empat Tipologi Ahlus Sunnah, Siapa Saja?
Hamim Ilyas. foto: ist

Gerakan Ahlus Sunnah dalam dunia Islam adalah entitas yang sangat heterogen dengan beragam pendekatan dan perspektif terkait agama.

Menurut Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Hamim Ilyas Dalam kerangka ini, menyebut empat tipologi utama Ahlus Sunnah, yakni:

Pertama, tipologi Taqalidiyah, yang menekankan pentingnya mempertahankan tradisi dalam beragama.

Dalam kategori ini, ada dua pandangan yang berbeda. Yakni, Salafi, yang mencoba mengikuti ajaran-ajaran Islam sebagaimana yang dirumuskan sebelum munculnya mazhab-mazhab.

“Mereka berusaha untuk menghidupkan kembali praktik-praktik dari masa Nabi, sahabat, dan tabi’in,” katanya dalam acara Seminar Kajian Buku Fikih Akbar dan Uṣūl al-Fiqh di Kantor PWM DI Yogyakarta, Ahad (1/10/2023) .

Berikutnya Khalafi, yang mengikuti ajaran-ajaran yang dirumuskan oleh imam-imam dan tokoh-tokoh mazhab, termasuk pemikiran kalam dan berbagai mazhab fikih.

Kemudian, tipologi kedua ‘Aqliyah yang mengedepankan rasionalitas dalam pemahaman agama. Dalam rumpun ini terdapat dua golongan.

Yakni, Maqashidiyah, yang berusaha memahami agama melalui lensa rasional dan menganggapnya sebagai tujuan agama yang diinterpretasikan secara modern.

Berikutnya Taharruriyah, yang menggunakan pemikiran rasional dalam konteks Hak Asasi Manusia (HAM) dan sering dikaitkan dengan pandangan yang pro-LGBT.

Sementara itu, tipologi ketiga adalah Ushuliyah menekankan fondasi agama sebagai dasar utama pemahaman mereka.

Tipologi ini terdapat dua kalangan. Yakni, Rafifaliyah, yang memegang teguh ajaran-ajaran fundamental, khususnya dalam cara hidup yang mereka ambil dari zaman Nabi, sahabat, dan tabi’in.

“Namun, kelompok ini sering terkait dengan gerakan salafisme dan organisasi teror seperti ISIS dan Boko Haram,” papar Hamim.

Berikutnya Nidhamiyah, yang mengadaptasi ajaran-ajaran fundamental dalam bentuk sistem yang mencakup berbagai aspek kehidupan, termasuk politik dan ekonomi.

Mereka sering disebut sebagai kelompok fundamentalis, dengan organisasi seperti Hizbut Tahrir dan Al-Ikhwan Al-Muslimun sebagai perwakilannya.

Terakhir, tipologi keempat Ashaliyah mengejar otentisitas dalam pemahaman agama. Terdapat dua corak dalam tipologi ini. Yakni, Ijabiyah berupaya mengikuti ajaran-ajaran otentik dalam skala global, dengan fokus khusus pada keadilan sosial.

“Ini sering dianggap sebagai bentuk neo-modernisme dalam Islam,” cetusnya.

Berikutnya Taqaddumiyah, yang mengikuti ajaran-ajaran otentik yang membangun dan memiliki pandangan visioner yang terperinci dalam Alquran. Mereka sering dikenal sebagai pendukung Islam progresif.

Keragaman pandangan dalam gerakan Ahlus Sunnah adalah fitur menonjol yang mencerminkan pluralitas intelektual dalam Islam.

Kata Hamim, memahami tipologi ini membantu kita menghargai spektrum yang luas dalam pemahaman agama dan memungkinkan dialog yang lebih baik antara berbagai aliran pemikiran dalam dunia Islam. (*/tim)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini