Usaha Muhammadiyah dalam menjaga perdamaian dan pembangunan sosial – ekonomi di dalam dan luar negeri mendapat apresiasi dari organisasi perempuan Southeast Asia Women Peace Mediators (SEAWPM).
Apresiasi tersebut disampaikan SEAWPM ketika berkunjung ke Kantor PP Muhammadiyah di Jakarta (3/10). Kunjungan tersebut diterima secara langsung oleh Ketua Lembaga Hubungan dan Kerja Sama Internasional (LHKI) PP Muhammadiyah Imam Addaruquthni dan Sekretaris Yayah Khisbiyah.
Sementara itu, SEAWPM diwakili oleh Emma Leslie yang berkebangsaan Australia-Cambodia, Miriam Coronel Ferrer dari Filipina, Shadia Marhaban, dan Adelina Kamal dari Indonesia.
SEAWPM menaruh hormat dan penghargaan kepada organisasi modern Islam tertua di Indonesia yang telah dikenal luas yang komitmen dalam membina perdamaian, dan mendorong perubahan positif di dalam negeri maupun di mancanegara.
Dalam pertemuan selama 2 jam tersebut, diskusi berlangsung hangat dan terbuka. Pembahasan tersebut berfokus pada proses perdamaian di Filipina Selatan yang dimediasi oleh International Contact Group (ICG), di mana Muhammadiyah menjadi salah satu anggota intinya.
Selain membahas masalah perdamaian di Filipina, pertemuan tersebut juga membahas konflik berkepanjangan yang berdampak pada perempuan dan anak yang terjadi di Myanmar, Afghanistan, termasuk juga di Palestina.
Sekretaris LHKI PP Muhammadiyah, Yayah Khisbiyah merekomendasikan supaya fokus “Education for Women” diperluas menjadi “Education for All”, khususnya di kawasan Afghanistan dan Palestina yang kompleks.
Dia berharap, rekomendasi fokus gerakan tersebut memberikan pendidikan yang inklusif yang, sehingga mudah diterima oleh pemangku kepentingan. Dalam hematnya, fokus gerakan tersebut akan memperluas radius paparan manfaat di sana.
Sementara itu, Shadia Marhaban menjelaskan kondisi Afghanistan yang kompleks. Konflik di sana menyebabkan tidak tersedianya fasilitas pendukung bagi anak-anak, remaja, dan perempuan untuk berkembang.
“Banyak sekolah tidak memiliki sumber air, dan bangunan fasilitas belajar juga tidak memadai. Terlebih fasilitas perpustakaan dan olahraga yang belum tersedia untuk tumbuh kembang sumber daya manusia yang optimal,” ungkapnya.
Pertemuan tersebut kemudian ditutup dengan komitmen bersama untuk kerja sama lintas masyarakat lintas agama dan bangsa. Dalam agenda tersebut juga dihadiri perwakilan dari PP ‘Aisyiyah dan Nasyiatul Aisyiyah, Lembaga Resiliensi Bencana (LRB), dan Majelis Diktilitbang. (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News