*) Oleh: Ferry Is Mirza DM
Banyak sekali orang orang yang bangga dalam berlebih-lebihan. Seseorang berusaha memiliki lebih banyak dari yang lain baik harta ataupun kedudukan dengan tujuan semata mata untuk mencapai ketinggian dan kebanggaan.
Bukan untuk digunakan pada jalan kebaikan atau untuk membantu menegakkan keadilan dan maksud baik lainnya.
“Wahai anak Adam! Engkau tidak memiliki dari hartamu kecuali apa yang engkau makan dan telah engkau habiskan, atau pakaian yang engkau pakai hingga lapuk, atau yang telah kamu sedekahkan sampai habis.” (HR Muslim)
Dengan demikian, mereka telah menyia-nyiakan umur untuk hal yang tidak berfaedah, baik dalam hidup di dunia maupun untuk kehidupan akhirat.
Wahai manusia, bermegah-megahan dalam hal harta, keturunan, dan pengikut telah melalaikan kamu dari ketaatan kepada Allah dan mempersiapkan diri untuk menghadapi hari akhir.
“Kamu tidak akan berhenti bermegah-megahan seperti itu sampai kamu mati dan masuk ke dalam kubur.”(QS. Al Takatsur :1-2)
Rezeki itu sama halnya dengan kematian seseorang, umur, dan jodoh. Namun, Allah juga sudah menegaskan bahwa setiap makhluk di muka bumi telah dijamin rezekinya.
Oleh karena itu, sudah seharusnya bagi kita sebagai umat muslim yang beriman kepada Allah untuk tidak lagi merasa gelisah mengenai masalah rezeki.
Dikarenakan persoalan rezeki sudah diatur oleh Allah, maka kita sebagai hamba-Nya hanya perlu berikhtiar mengusahakan yang terbaik untuk meraihnya.
Islam memandang rezeki bukan hanya sebatas materi. Kenikmatan lain yang berupa non-materi seperti kesehatan, kebahagiaan, keharmonisan rumah tangga, ilmu pengetahuan, pekerjaan, dan lain sebagainya juga termasuk rezeki yang sangat berharga dan perlu disyukuri
“Dan Dia telah memberikan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” (QS. Ibrahim : 34). (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News