Dakwah Komunitas Itu Berbauh, Bukan Bicara di Mimbar
Sukadiono (tiga dari kiri) bersama pengurus LDK dan PWM Jatim. foto: ldk jatim
UM Surabaya

Para dai Lembaga Dakwah Komunitas (LDK) Muhammadiyah harus hadir untuk menyapa dan memberikan pencerahan kepada berbagai komunitas serta memberikan maslahah kepada semua secara langsung.

Hal itu ditegaskan oleh Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim Dr dr Sukadiono MM dalam pidato iftitah pembukaan Rapat Kerja dan Koordinasi Lembaga Dakwah Komunitas (LDK) PWM Jatim di Aula Mas Mansur Kantor PWM, Jalan Kertomenanggal, Surabaya, Sabtu (7/10/2023).

Hadir acara tersebut Ketua PWM Jatim Dr dr Sukadiono MM, Wakil Ketua PWM Jatim Dr Sholihin Fanani, dan para ketua Majelis Tabligh dan LDK se-Jatim yang berjumlah 176 orang.

“Dai LDK harus terjun langsung, berbaur, membebaskan, memberdayakan dan memajukan dengan komunitas-komunitas yang ada. Seperti komunitas punk, pengamen, anak jalanan, waria, PSK (pekerja seks komersial), komunitas mualaf, daerah rawan akidah, membina komunitas muslim di daerah terpencil, mualaf, dan komunitas lainnya yang beragam,” ujar Dokter Suko, begitu panggilan karibnya.

Menurut dia, dai LDK berbeda dengan mubalig Muhammadiyah pada umumnya. Di mana mereka berbicara dari mimbar ke mimbar.

Dokter Suko menuturkan, dai atau mubalig Muhammadiyah di era digital dan media sosial diharapkan menguasai tiga skill.

Pertama, listening skill, yaitu menguasai komunikasi dakwah, mempunyai kemampuan untuk mendengar permasalah yang terjadi dan dialalami oleh masyarakat atau komunitas lalu menawarkan solusi

Kedua, reading observation skill, yaitu kemampuan membaca fenomena dan fakta sosial yang complicated untuk menghasilkan pemahaman yang utuh terhadap suatu masalah agar bisa merumuskan jalan keluar yang tepat.

Ketiga, writing skill, yaitu kemampuan menuangkan gagasan, pesan dan misi dalam dalam bentuk tulisan.

“Karena era digitalisasi maka di-share di medsos menjadi penting untuk disampaikan kepada orang sehingga kebaikan yang dilakukan dikenal, yang tentunya akan dipraktekan dalam kenyataan,” papar Dokter Suko.

Menurut dia, problem sosial semakin hari semakin bertambah, keadaan tersebut membutuhkan solusi.

“Kita yang di Muhammadiyah dikenal well educated (masyarakat terdidik) diharapkan oleh umat untuk mengetengahkan solusi. Ciri Masyarakat terdidik adalah mengetengahkan how to solve the problem, bagaimana cara untuk menyelesaikan masalah,” katanya.

Dia menambahkan, ketika menghadapi masalah pimpinan yang menganut mindset ini: jika musibah, bencana, dan problem sosial tidak cukup berkata sabar lalu keluar ayat Al-Baqarah Ayat 153)

“Wasta’inu bisshabri washolati, wa innaha lakabiratun illa alal-khaasyi’in.” (Minta tolong kepada Allah melalui cara sabar dan salat).

“Yā ayyuhallażīna āmanusta’īnụ biṣ-ṣabri waṣ-ṣalāh, innallāha ma’aṣ-ṣābirīn.” (Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar)

Ayat tersebut penting dan menjadi support untuk bergerak, namun yang lebih penting adalah aksi nyata dalam bentuk bantuan seperti yang telah dilakukan Muhammadiyah Disaster Management Center (MCC) dan Lembaga Zakat Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah (Lazismu).

“Peran dakwah komunitas luar biasa karena perlu sentuhan kita, dakwah itu mengajak bukan menjustifikasi. Bagi dai LDK, to listen (istami’u) yaitu mendengar masuk dari kuping kanan, lalu ke hati untuk menghadirkan solusi. Bukan mengedepankan to hear (ismau’) yang masuk kuping tidak mampir ke hati,” jlentreh Dokter Suko.

Di akhir sambutannya, Dokter Suko mengajak untuk saling taawun (tolong menolong dalam kebaikan) dan sinergi antar majelis di Muhammadiyah. Cara sudah baik belum tentu direspons dengan baik.

“Ud’u ilā sabīli rabbika bil-ḥikmati wal-mau’iẓatil-ḥasanati wa jādil-hum billatī hiya aḥsan, inna rabbaka huwa a’lamu biman ḍalla ‘an sabīlihī wa huwa a’lamu bil-muhtadīn.”

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.” (QS. 16:125),

Dia mencontohkan mualaf, perjuangannya cukup berat, mengalami perlakuan dikucilkan keluarga, dikucilkan komunitas, dan lainnya.

“Maka menjadi tugas kita untuk menghibur dan mencarikan solusi bagi mereka,” tutupnya. (ajang kusmana)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini