Universitas Muhammadiyah, Direncanakan Sejak 1920, Kini Berdiri 171 Perguruan
Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Irwan Akib.
UM Surabaya

Tidak banyak diketahui orang, termasuk warga Muhammadiyah sendiri, bahwa Persyarikatan Muhammadiyah sudah merencanakan pendirian perguruan tinggi sejak satu abad yang lalu, tepatnya pada 1920. Dan patut disyukuri dalam satu abad ini sudah berdiri 171 perguruan tinggi.

Fakta tersebut disampaikan oleh Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Irwan Akib pada (8/10) di Universitas Muhammadiyah Bangka Belitung (UM Babel) dalam agenda Musypimwil dan Rakerpim PWM Babel.

“Bersyukur sekarang Perguruan Tinggi Muhammadiyah ‘Aisyiyah kita sudah 171. Itu semua bagian dari ketulusan dari pemimpin kita,” tutur Irwan Akib.

Ketua PP Muhammadiyah yang membidangi Pendidikan, Kebudayaan, dan Olahraga menjelaskan, rencana pendirian perguruan tinggi Muhammadiyah itu disampaikan oleh KH. Hisjam, sebagai H.B Muhammadiyah Bahagian Sekolahan pada 1920.

Menirukan yang disampaikan KH. Hisjam pada Rapat anggota Muhammadiyah, Irwan Akib menyebutkan H.B Muhammadiyah Bahagian akan memajukan pendidikan, pengajaran, menegakkan gedung universitas Muhammadiyah, mencetak sarjana Islam, dan maha guru Muhammadiyah.

Meski tidak langsung dapat direalisasikan, namun rencana mendirikan perguruan tinggi Muhammadiyah itu diakui oleh Irwan sebagai tonggak sejarah yang berhasil mengantarkan Muhammadiyah yang sekarang dengan 171 perguruan tingginya.

Irwan Akib mengungkapkan, dari rencana yang dicanangkan sejak 1920, Muhammadiyah berhasil mendirikan perguruan tinggi pertamanya pada 1950 di Padang Panjang, dan pada 1954 Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) berdiri.

Termasuk dengan berdirinya rumah sakit, taman pustaka dan seterusnya merupakan jawaban yang diberikan oleh Muhammadiyah untuk menjawab tantangan yang menyelimuti dan menjadi masalah umat, bangsa dan kemanusiaan.

Gerakan pembaruan yang dasar-dasarnya diletakkan oleh pendahulu itu, kata Irwan, harus diteladani dan ditanamkan pada setiap individu dan secara organisasi pada aktivis Persyarikatan Muhammadiyah saat ini dan nanti.

Ciri dasar yang melekat pada Persyarikatan Muhammadiyah adalah musyawarah. Oleh karena itu dia berpesan supaya setiap kepemimpinan di lingkungan Persyarikatan Muhammadiyah untuk mengedepankan musyawarah.

“Kita harus menghadirkan nilai musyawarah bahwa keputusan yang kita ambil, apapun yang kita programkan kita musyawarahkan dengan baik dan kita putuskan kemudian kita laksanakan dengan sungguh-sungguh,” tutupnya. (*/tim)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini