*) Oleh: Ferry Is Mirza DM
Saudaraku seiman, tahukah kenapa kita perlu muhasabah diri?
Pertanyaan di atas mungkin banyak menghampiri benak seorang muslim, ada di antara mereka yang memilih untuk menyibukkan diri dengan urusan dunianya tanpa memikirkan apa yang akan menjadi bekalnya di akhirat.
Ada pula yang beribadah sebagaimana apa yang Allah perintahkan, namun ibadahnya hanyalah sebagai rutinitas.
Mereka salat lima waktu setiap hari, berpuasa dan mengeluarkan zakat setiap tahunnya, akan tetapi, semua itu tidak berdampak pada akhlak dan pribadinya Maksiat pun terkadang masih dilakukan.
Motivasi untuk memperbaiki amalan amalan yang ada tak kunjung hadir, penyebabnya satu karena melupakan muhasabah diri sehingga orang-orang seperti ini sudah merasa cukup dengan amalan yang telah dilakukan.
Ada beberapa alasan yang menjadikan kita perlu muhasabah diri:
Muhasabah merupakan perintah Allah Subhaanahu Wa Ta’ala.
Allah Ta’ala berfirman: “Hai orang orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat) dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18)
Muhasabah merupakan sifat hamba Allah yang bertakwa.
Seseorang yang bertakwa adalah mereka yang membawa sebaik- baik bekal, dan dalam perjalanan mencari bekal tersebut tak jarang seseorang merasa lelah dan bosan yang mengakibatkannya tak mawas diri sehingga tergelincir dan terjatuh dalam futur (lemah semangat untuk melakukan amal saleh).
Muhasabah akan membantu seseorang untuk menghadapi berbagai rintangan yang ia temukan dalam pencariannya akan bekal tersebut.
Maimun bin Mahran rahimahullah berkata:
“Tidaklah seorang hamba menjadi bertakwa sampai dia melakukan muhasabah atas dirinya lebih keras daripada seorang teman kerja yang pelit yang membuat perhitungan dengan temannya”.
Buah manis dari muhasabah adalah tobat..
Ketika seseorang melakukan muhasabah maka akan tampak jelas di hadapannya atas dosa-dosa yang dilakukan.
Bagaimana mungkin seorang anak cucu Adam dapat melihat dosa dan aibnya tanpa melakukan muhasabah?
Banyak di antara manusia yang melakukan kemaksiatan, namun Allah masih memberikan nikmat kepadanya, dia tidak menyadari bahwa ini adalah bentuk istidraj (penangguhan menuju kebinasaan) dari Allah Subhaanahu Wa Ta’ala.
Sebagaimana firman-Nya :
“Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka ketahui.” (QS. Al-A’raf: 182)
Orang-orang yang memahami ayat Allah ini, akan takut atas peringatan Allah tersebut dan dia akan senantiasa mengintrospeksi dirinya, jangan sampai nikmat yang Allah berikan kepadanya merupakan bentuk istidraj.
Muhasabah yang mengantarkan kepada pertobatan diawali dengan memasuki gerbang penyesalan.
Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Menyesal adalah tobat.” (HR.Ibnu Majah no.4252, Ahmad no.3568, 4012, 4414 dan 4016. Hadis ini disahihkan oleh al-Albani)
Saudaraku..
Tentu kita tidak bisa terlepas dari kesalahan atau tergelincir entah itu dari lisan ataupun perbuatan.
Namun hal itu semua terkadang juga tidak nampak pada diri kita, karena telah tertutup oleh rasa bangga akan amalan kita selama ini sedangkan disisi lain minimnya introspeksi diri / muhasabah diri / mengoreksi diri.
Hasilnya apa kalau tidak melakukan muhasabah diri ?
Ya, seperti yang telah dijelaskan dalam pemaparan di atas, ada yang telah melakukan amal ibadah namun hanya sebagai rutinitas saja (tidak menjadikan atau mengubah akhlak kita menjadi lebih baik dari sebelumnya) dan juga banyak pemisalan yang lain.
Inilah pengingat bagi penulis pribadi dan pembaca semoga kita senantiasa selalu rajin untuk muhasabah diri.
Karena masih banyak kekurangan yang masih harus kita koreksi, untuk menjadikan diri kita jauh lebih baik dari sebelumnya, sesuai dengan apa yang diinginkan Allah SWT dan Rasul-Nya. (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News