Sejak lama, umat Islam telah mendambakan memiliki kalender Islam internasional atau global. Kehadiran kalender Islam global Turkiye 2016 dalam perspektif kekinian merupakan terobosan dalam merekat kebersamaan dan merupakan produk ijtihad yang sangat diperlukan untuk melahirkan peradaban sesuai tuntutan zaman.
Hal ini diungkapkan Susiknan Azhari, pakar falak Muhammadiyah, dalam acara Seminar dan Sosialisasi Kalender Hijriah Global Terpadu yang diselenggarakan Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, bekerja sama dengan Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, Sabtu (14/10/2023).
Kalender Islam global ini banyak dipengaruhi pemikiran sistem kalender Jamaluddin ‘Abd al-Raziq dalam kitab At-Taqwim al-Qamari al-Islami al-Muwahhad.
“Dalam kitab ini, seluruh kawasan dunia dipandang sebagai satu kesatuan. Ini berarti bahwa bulan baru dimulai pada hari yang sama di seluruh dunia, tanpa memandang perbedaan geografis,” katanya.
Dengan kata lain, jika bulan baru terlihat di suatu tempat di dunia, maka tanggal Hijriah baru dimulai untuk seluruh dunia.
Kalender Islam Global ini mengusung beberapa prinsip utama, yaitu penerimaan terhadap imkanur rukyat, kesatuan matlak, satu hari satu tanggal di seluruh dunia, penggunaan internasional dateline, dan penggunaan kalender Islam untuk urusan ibadah dan muamalah.
Kata dia, terdapat juga tiga syarat yang harus dipenuhi, yaitu terjadinya ijtimak di suatu tempat di seluruh dunia, tidak boleh menunda awal bulan baru di kawasan yang sudah memenuhi imkanur rukyat, dan tidak boleh memaksa tempat lain memasuki bulan baru yang belum mengalami ijtimak.
“Prinsip, syarat, dan kriteria Kalender Islam Global hasil Konferensi Turkiye 2016/1437 memiliki basis epistemologi yang memungkinkan terwujudnya ‘Satu Hari Satu Tanggal untuk Seluruh Dunia’,” ucap Guru Besar Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga ini.
Dalam konteks Indonesia, Susiknan mengatatan bahwa pemilihan konsep kalender Islam global hasil dari muktamar internasional di Turkiye 2016 dianggap sebagai “jalan tengah” untuk menyatukan kalender Islam tanpa mengalahkan atau memenangkan salah satu pihak.
Sebagai negara besar dengan mayoritas penduduk beragama Islam, Indonesia diharapkan untuk menjadi pelopor dalam implementasi kalender Islam global.
Untuk mencapai tujuan ini, perlu dilakukan sosialisasi yang berkelanjutan di antara organisasi-organisasi Islam tentang kalender Islam global sehingga konsep ini dapat lebih mudah dipahami oleh masyarakat luas. (*/ded)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News