Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir sampaikan amanat dalam Hari Jadi ke-65 tahun Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) pada Selasa (24/10) di Edutorium Ahmad Dahlan UMS.
Memulai amanatnya, Haedar menyampaikan tahniah untuk 65 tahun UMS. Segala capaian yang diraih UMS saat ini merupakan berkah dari Allah SWT, kemudian juga hasil dari kerja keras seluruh civitas akademika. Prestasi yang dicapai UMS juga bukti nyata dari pemikiran dan amal kebajikan dari Muhammadiyah.
“Jadikan Milad ini sebagai muhasabah kita, sekaligus juga proyeksi kita di seluruh PTMA, atas apa yang sudah diraih selama ini,” ungkapnya.
Dengan bertambahnya usia UMS, Haedar berharap semakin menjadikan matang. Tidak lupa Haedar juga menyebut para pendahulu yang ikut berjuang mengembangkan dan memajukan UMS. Eksistensi UMS sampai sejauh ini merupakan bukti komitmen Muhammadiyah dalam memajukan pendidikan Indonesia.
Eksistensi tersebut juga sebagai bukti keteguhan Muhammadiyah serta kader-kadernya dalam menghadapi tantangan, ujian dan dinamika yang begitu rupa.
“Saya pikir kita bisa mengambil ruh para pendahulu Muhammadiyah — KH. Ahmad Dahlan, Nyai Walidah Dahlan dan tokoh-tokoh Muhammadiyah dari pusat sampai ranting,” imbuhnya.
Pengamalan Islam yang substantif, kata Haedar, juga menjadi salah satu kunci Muhammadiyah bisa bertahan sampai era sekarang. Oleh karena itu, penting mengambil ruh pergerakan generasi Muhammadiyah awal. Mereka adalah peletak dasar-dasar gerakan Muhammadiyah sehingga bisa tumbuh dengan pesat.
Guru Besar Bidang Sosiologi ini mengungkapkan, tokoh Muhammadiyah sudah berencana mendirikan perguruan tinggi sejak 1920. Kini, melihat kemegahan UMS dan PTMA lain tentu tidak pernah terbayang sebelumnya Muhammadiyah bisa berbuat sedemikian maju dalam dunia pendidikan.
“Muhammadiyah berijtihad untuk mengkristalkan nilai-nilai Islam itu, sehingga menjadi distingsi dengan yang lain…… itu menjadi karakter khas yang harus kita rawat,” imbuhnya.
Kepada penggerak Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) Haedar berpesan supaya membaca, merujuk, dan memahami dokumen-dokumen putusan Muhammadiyah. Dokumen tersebut sebagai bekal wawasan dan peneguhan jati diri gerakan Persyarikatan Muhammadiyah.
Internasionalisasi Perguruan Tinggi Muhammadiyah-’Aisyiyah
Sementara itu, Rektor UMS, Prof. Sofyan Anif menyampaikan bahwa UMS periode ini menerima mahasiswa yang berasal dari berbagai negara. Lebih-lebih mahasiswa yang berasal dari kawasan Afrika. Langkah ini adalah titik untuk menjalankan internasionalisasi Muhammadiyah.
Selain itu, UMS saat ini juga terus memperbaiki akreditasi layanan pendidikan. Bahkan terdapat enam prodi yang telah mendapat akreditasi secara internasional.
“Kami targetkan pada 2025 kami menargetkan sebanyak 25 prodi yang terakreditasi internasional,” ungkap Sofyan Anif.
Saat ini UMS juga terus memperbanyak program kerja sama internasional, baik skema kerja sama untuk mahasiswa maupun secara institusi. Upaya kerja sama internasional, imbuhnya, merupakan upaya taktis supaya perguruan tinggi Indonesia bisa bertengger di panggung internasional.
Pada kesempatan ini, Sofyan Anif juga menegaskan bahwa UMS sebagai lembaga pendidikan untuk perkaderan. UMS merupakan rumah besar bagi organisasi otonom Muhammadiyah, ke depan diharapkan menjadi barometer bagi Perguruan Tinggi Muhammadiyah-‘Aisyiyah (PTMA) lain.(*/tim)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News