Bendahara Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Hilman Latief dalam Silaturahim Nasional dan Tasyakur Milad ke-75 Pesantren Karangasem Muhammadiyah Lamongan, menyebut bahwa perlu perbaikan dalam membaca dan menafsirkan perintah haji dalam Al Qur’an.
Perbaikan tersebut bukan sekadar simbolis, atau memperbaiki makhraj huruf nya saja, tetapi membaca yang lebih mendalam dan menemukan substansi dari pesan yang dibawakan oleh Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia, dan umat Islam pada khususnya.
“Saya baru menyadari bahwa cara membaca Al Qur’an kita gak terlalu serius, cara menafsirkan Al Qur’an kita baru sekadar mengejar spiritualitasnya,” ungkap Hilman pada (22/10) di hadapan peserta tasyakur Milad ke-75 Ponpes Karangasem Muhammadiyah Lamongan.
Guru Besar Bidang Filantropi Islam ini mencontohkan, misalnya perintah berhaji dalam Al Qur’an selama ini masih dimaknai dari sisi spiritualitasnya saja. Padahal dalam pelaksanaan ibadah haji juga ada sisi ekonomi yang selama ini luput digarap oleh umat Islam.
Selama ini jamaah haji dan pemerintah Indonesia telah menggelontorkan triliunan rupiah selama prosesi ibadah haji. Namun hanya sedikit yang kembali umat muslim Indonesia, bahkan mungkin tidak sama sekali. Saat ini menurutnya, harus dipikirkan dengan serius tentang ekosistem ekonomi ibadah haji dan umrah.
“Jadi ngurusi haji dan umrah itu bukan sekadar kita mempersiapkan para pembimbing haji, tetapi justru menyiapkan generasi baru, di mana adik-adik ini menjadi ahli manajemen, ada yang menjadi ahli manajemen keuangan triliunan rupiah,” ungkapnya.
Bahkan menurut Hilman juga perlu dipersiapkan kader yang ahli dalam manajemen transportasi, karena selama prosesi ibadah haji memerlukan ribuan kendaraan seperti bus, mobil dan berbagai macam moda transportasi lainnya, termasuk juga pesawat terbang yang mengangkut jamaah haji dari Indonesia ke Arab Saudi.
Tidak kalah penting juga menyiapkan kader yang ahli dalam manajemen agrikultur, infrastruktur, manufaktur pabrik-pabrik yang bisa mengisi kebutuhan komoditas haji di Tanah Suci. Dia berharap, dengan ekosistem tersebut Indonesia tidak hanya menjadi konsumen, tetapi juga produsen. (*/tim)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News