Bahaya Syirik yang Melumpuhkan Akal Sehat

Akal sehat manusia akan kembali berfungsi normal ketika menghadapi situasi yang tak bisa dibantahnya.

Saat di dunia, utusan Allah datang memberi keterangan kepadanya untuk meninggalkan berhala yang disembahnya. Utusan Allah secara meyakinkan mengatakan bahwa berhala itu dikatakan tak ada manfaatnya, karena tak bisa mendatangkan apa-apa.

Alih-alih menjauhi, manusia justru semakin kokoh menyembah berhala. Ketika di akhirat, Allah membalik keadaan dengan mempermalukan manusia dengan menghadirkan berhala yang disembahnya.

Berhala itu mengagungkan Allah dan mengaku dirinya tidak layak disembah. Pada saat itu, berhala benar-benar merendahkan para penyembahnya.

Mengecoh Manusia

Manusia saat di dunia begitu tekun melakukan ritual ibadah dengan menyembah berhala. Manusia mengagungkan sapi dan merendahkan dirinya di hadapan sapi.

Mereka begitu yakin bahwa mengagungkan sapi sebagai jalan keselamatan. Utusan Allah pun didatangkan untuk mengingatkan bahwa menyembah sapi bukanlah jalan yang tepat.

Baca juga: Hukum Islam, Bagi Pengguna Medsos

Alih-alih segera menyadari kesalahannya, akal mereka menuntunnya untuk berbalik menyerang berbagai argumen utusan Allah itu. Para penyembah itu tak percaya bahwa dirinya salah arah. Mereka bahkan membantah dan mempermalukan utusan Allah di hadapan para pengikutnya.

Allah mempermalukan manusia yang keras kepala dengan keyakinannya. Allah pun menghadirkan sapi yang diagungkannya. Ketika dihadirkan di hadapannya, sapi itu membantah semua bentuk peribadatan yang mempertuhankan dirinya.

Allah secara sengaja mengumpulkan dan menyandingkan sapi itu bersama para penyembahnya. Di hadapan sapi itu, Allah bertanya langsung, apakah diri-Nya layak diagungkan?

Maka, sapi itu menyatakan dirinya rendah dan telah mengecoh manusia. Hal itu diabadikan Allah sebagaimana firman-Nya :

وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ وَمَا يَعْبُدُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ فَيَقُوْلُ ءَاَنْـتُمْ اَضْلَلْـتُمْ عِبَا دِيْ هٰۤؤُلَآ ءِ اَمْ هُمْ ضَلُّوا السَّبِيْلَ

“Dan (ingatlah) pada hari (ketika) Allah mengumpulkan mereka bersama apa yang mereka sembah selain Allah, lalu Dia berfirman (kepada yang disembah), “Apakah kamu yang menyesatkan hamba-hamba-Ku itu, atau mereka sendirikah yang sesat dari jalan (yang benar)?” (QS. Al-Furqan : 17)

Pertanyaan ini sengaja diajukan untuk meyakinkan para penyembah berhala bahwa berhala itu berlepas diri dari penyembahan dirinya. Berhala itu mengagungkan Allah, dan merendahkan dirinya di hadapan-Nya.

Pada saat itu, Allah sengaja menunjukkan bahwa diri-Nya sangat agung di hadapan berhala dan para penyembahnya.

Berujung Penyesalan

Kesucian Allah benar-benar terlihat saat manusia melihat bahwa sapi yang disembahnya berbalik mengingkari perbuatannya. Berhala itu pun mengaku bahwa Allah sebagai Maha Agung dan tak layak direndahkan.

Baca juga: Kecintaan Allah dan Turunnya Rasul

Allah pun mengabadikan pengakuan jujur berhala itu sebagai saksi sekaligus bukti bahwa para pelaku kemusyrikan salah jalan. Jalan yang ditempuh manusia dengan menyembah berhala bukan hanya salah, tetapi akan berbalik membuat manusia menyesal.

Hal ini diabadikan Allah sebagaimana firman-Nya:

كَ مَا كَا نَ يَنْۢبَغِيْ لَنَاۤ اَنْ نَّـتَّخِذَ مِنْ دُوْنِكَ مِنْ اَوْلِيَآءَ وَ لٰـكِنْ مَّتَّعْتَهُمْ وَاٰ بَآءَهُمْ حَتّٰى نَسُوا الذِّكْرَ ۚ وَكَا نُوْا قَوْمًاۢ بُوْرًا

“Mereka (yang disembah itu) menjawab, “Maha Suci Engkau, tidaklah pantas bagi kami mengambil pelindung selain Engkau, tetapi Engkau telah memberi mereka dan nenek moyang mereka kenikmatan hidup, sehingga mereka melupakan peringatan; dan mereka kaum yang binasa.” (QS. Al-Furqan : 18)

Mereka yang lalai dari penyembahan kepada Allah benar-benar dipermalukan dan dibuat merasa dirinya terhina. Betapa tidak, manusia berharap penuh akan mendapatkan kebahagiaan dengan mengusap-usap kotoran sapi ke seluruh tubuhnya. Mengusap-usap kotoran sapi dipandang sebagai ritual yang agung.

Manusia sangat yakin bahwa penyembahan kepada sapi bukan hanya dipandang benar, tetapi diyakini sebagai satu-satunya jalan yang akan mengagungkan dirinya saat di dunia maupun di akhirat.

Baca juga: Kehinaan Ketika Menolak Ajakan Bertauhid

Mereka bertahan dengan keyakinan itu dan mengajak kepada siapa pun untuk memegang teguh keyakinan itu.

Allah juga menunjukkan bahwa kedatangan utusan-Nya untuk meluruskan cara menyembah yang benar. Para utusan-Nya benar-benar menunaikan amanah itu dengan mencegah manusia dari penyembahan kepada sapi.

Utusan Allah itu mengingatkan para penyembah sapi untuk meninggalkannya. Alih-alih berbuat taat pada utusan Allah, mereka justru membantah dan mengajak pengikutnya untuk melakukan perlawanan kepada utusan-Nya.

Pada saat itu, Allah benar-benar membangunkan kesadaran akal sehat manusia. Allah benar-benar membuktikan janji-Nya bahwa keagungan yang sebenarnya adalah mengagungkan diri-Nya, bukan mengagungkan sapi sebagai sesembahan.

Kesaksian sapi yang mengagungkan Allah, dan menyatakan dirinya tak layak disembah menjadi pukulan berat bagi para penyembahnya. Sapi merupakan simbol berhala yang disembah manusia, sebagaimana matahari, bulan, bintang, atau benda-benda lain yang dipandang agung oleh para penyembahnya.

Sapi, matahari, bulan, bintang, dan benda-lain merupakan makhluk Allah yang rendah di hadapan-Nya. Mereka pun tunduk dan patuh pada Allah.
Namun tidak sedikit manusia yang mengagungkan mereka dengan melalaikan peribadatan kepada Allah.

Padahal Allah merupakan zat yang menciptakan semua makhluk, dan layak untuk diagungkan dengan melakukan penyembahan kepada-Nya.

Pengagungan pada Allah akan memuliakan manusia, dan lalai terhadap hal itu akan dipermaklumkan Allah sebagai hamba yang rendah dan hina. (*)

 

Penulis: Dr. SLAMET MULIONO REDJOSARI, Dosen Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini