Belajar dari Qarun, Hartawan Bani Israel yang Ditelan Bumi Bersama Kekayaannya
foto: getty images
UM Surabaya

*) Oleh: Zainal Arifin
Anggota Korps Muballigh Muhammadiyah PDM Sampang

Di antara bentuk kasih sayang Allah SWT kepada hamba-hamba-Nya ialah Allah kisahkan kehidupan kaum terdahulu.

Mengapa karena dengan kisah itu kita bisa mengambil hikmah sebagai bekal menjadi lebih baik lagi. Kisah Qarun, salah satu sosok manusia yang dahulu hidup di zaman Bani Israel ini Allah abadikan dalam Alquran.

Dalam surat Al-Qasas ayat 76 diceritakan bahwa Qarun adalah umat Nabi Musa yang dilimpahi harta kekayaan, namun ia bersikap zalim dan lalai karena hartanya.

“Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat.

Ingatlah ketika kaumnya berkata kepadanya: ‘Janganlah kamu terlalu bangga; Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri,”

Pada ayat 81, Allah berfirman:

“Maka Kami benamkan dia (Qarun) bersama rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya satu golongan pun yang akan menolongnya selain Allah, dan dia tidak termasuk orang-orang yang dapat membela diri.”

Bagi kita yang meyakini Alquran, maka ada beberapa pelajaran dari kisah Qarun yang durhaka tersebut.

Pertama, harta, anak serta fasilitas hidup lainnya akan menjadi petaka dunia akhirat manakala tidak dimanfaatkan untuk meraih ketaatan kepada Allah SWT.

Karenanya, kita dilarang takjub atas harta dan kekayaan orang kafir. Allah SWT berfirman:

“Maka janganlah harta dan anak-anak mereka membuatmu kagum. Sesungguhnya maksud Allah dengan itu adalah untuk menyiksa mereka dalam kehidupan dunia dan kelak akan mati dalam keadaan kafir”.

Kedua, melimpahnya harta dan kemewahan dunia tidak menunjukkan rida dan mahabbah Allah SWT kepada seseorang.

Ingatlah sabda Rasulullah saw:

“Bila kamu melihat Allah memberi pada hamba dari (perkara) dunia yang diinginkannya, padahal dia terus berada dalam kemaksiatan kepada-Nya, maka (ketahuilah) bahwa hal itu adalah istidraj (jebakan berupa nikmat yang disegerakan) dari Allah.” (HR. Ahmad. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadis ini hasan.)

Ketiga, terkadang kemaksiatan hamba dibalas dengan azab yang disegerakan di dunia. Hal ini agar menjadi pelajaran bagi kaum setelahnya.

Allah menceritakan nasib kaum terdahulu dalam firman-Nya:

“Maka masing-masing (mereka itu) Kami azab karena dosa-dosanya, di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil, ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan ada pula yang Kami tenggelamkan.

Allah sama sekali tidak hendak menzalimi mereka, akan tetapi merekalah yang menzalimi diri mereka sendiri.” QS. Al Ankabut:40)

Keempat, sungguh Allah melapangkan dan menyempitkan karunia-Nya kepada hamba yang dikehendaki-Nya. Di sini tersimpan hikmah besar bagi kehidupan hamba-Nya.

Allah berfirman: “Allah melapangkan rezeki bagi orang yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya dan Dia (pula) yang membatasi baginya. Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. Al Ankabut:62).

Kelima, harta dan kemewahan dunia merupakan hiasan sementara, akan meninggalkan pemiliknya.

Ingatlah sabda Rasulullah saw: “Mayit itu diikuti oleh tiga golongan, akan kembali dua golongan dan satu golongan akan tetap menemaninya, dia akan diikuti oleh keluarganya, hartanya dan amalnya.

Maka keluarga dan hartanya akan kembali pulang (meninggalkannya) sementara amalnya akan tetap menemaninya”. (HR. Bukhari Muslim).

Sekali lagi, jangan mudah teperdaya dengan kemewahan dunia. Semua itu adalah ujian bagi kita. Sukses atau tidakkah kita, tergantung benar tidaknya kita menyikapinya. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini