*) Oleh: Dr. Slamet Muliono Redjosari
Kekafiran berawal dari ketidakpercayaan terhadap berita profetik (kenabian). Salah satu berita profetik menyatakan adanya hari kebangkitan yang akan mempertanggungjawabkan setiap perbuatan manusia.
Allah pun akan membalas sesuai dengan amal perbuatan manusia. Pada hari itu merupakan hari penyesalan.
Kalau orang-orang kafir tidak percaya adanya hari kebangkitan, maka Allah menegaskan bahwa manusia akan dibangkitkan dan dimintai pertanggungjawaban secara individu.
Ketidakpercayaan orang kafir atas hari kebangkitan didasarkan oleh keyakinannya bahwa orang yang sudah mati dan hancur badannya, sulit untuk dikembalikan dalam bentuk semula.
Namun Allah menegaskan bahwa membangkitkan itu lebih mudah daripada menciptakan.
Kepercayaan Orang Kafir
Orang kafir tidak percaya adanya hari kebangkitan. Hal ini berdasarkan atas pengalaman hidup yang mereka lihat bahwa orang yang sudah mati dan hancur jadi tanah sulit untuk dibayangkaan bisa hidup kembali dalam bentuk semula.
Artinya, ketika mayat sudah mati, kemudian membusuk, dan dimakan oleh binatang bumi akan lenyap. Dalam pandangan orang kafir, jasad manusia yang sudah brubah menjadi tanah jelas tidak mungkin bisa dikembalikan ke bentuk semula.
Dengan demikian, kebangkitan fisik yang sudah hancur tidak mungkin untuk bisa dikembalikan sebagaimana bentuk awal.
Kepercayaan ini melekat dalam benak orang-orang kafir, dan Allah mengabadikan hal itu sebagaimana termaktub di dalam firman-Nya:
وَيَقُوْلُ الْاِ نْسَا نُ ءَاِذَا مَا مِتُّ لَسَوْفَ اُخْرَجُ حَيًّا
“Dan orang (kafir) berkata, “Betulkah apabila aku telah mati, kelak aku sungguh-sungguh akan dibangkitkan hidup kembali?” (QS. Maryam: 66)
Ketidakpercayaan pada akhirat inilah yang membuat mereka melakukan berbagai tindak pelanggaran hingga bertindak melampaui batas.
Berbagai kerusakan yang dilakukan manusia di muka bumi ini tidak lepas dari ketidakyakinan adanya hari pembalasan.
Ketika manusia tidak jujur dengan mencuri timbangan saat berdagang tidak lepas dari ketidakpercayaannya pada hari kebangkitan. Bahkan kehidupan mereka sangat mapan dengan praktik pencurian timbangan ini.
Hal yang sama juga dilakukan oleh manusia ketika menginginkan kekuasaan dengan menabrak berbagai aturan, baik dengan merekayasa atau memanipulasi aturan.
Bahkan praktik penyuapan dan korupsi pun dilegalkan agar tujuannya tercapai, hingga tujuan merengkuh kekuasaan berhasil.
Apa yang terjadi di Palestina dimana tentara Israel begitu kejam membunuh warga Palestina, meski didemonstrasi oleh seluruh warga dunia.
Mereka bertindak tak manusia, mulai dari mengepung warga Palestina, tanpa memberi fasilitas air, listrik, dan bahkan menghadang bantuan internasional.
Palestina menjadi penjara terbesar di dunia. Kejahatan kemanusiaan yang dilakukan oleh Israel itu tidak lepas dari ketidakpercayaannya atas hari pertanggungjawaban atas perilaku mereka.
Bahkan mereka melakukan pembasmian etnis muslim (cleansing etnis) atas warga Palestina karena didasarkan keyakinan bahwa warga Palestina seperti hewan yang harus dimusnahkan.
Hilangnya jiwa kemanusiaan itu. Telah menutup pintu empati warga dunia yang tersentuh atas kejahatan kemanusiaan yang dilakukan Zonis Israel itu.
Padahal Allah akan melakukan penghitungan atas kejahatan mereka satu persatu. Satu nyawa seorang manusia (muslim) sangat berharga dan akan dimintai pertanggungjawaban kenapa diperlakukan secara sadis.
Pertanggungjawaban Individual
Ketika manusia sudah lalai atas segala perbiatannya, maka mereka melakukan apapun tanpa memperhitungkan berbagai dampak dan konsekuensi atas dirinya.
Allah pun menegaskan bahwa hari kiamat pasti datang, dan manusia akan mempertanggungjawabkan perbuatannya secara individual.
Artinya, setiap manusia akan datang kepada Allah untuk mempertanggungjawabkan segala perbuatannya secara mandiri. Hal ini ditegaskan Allah sebagaimana Firman-nya:
وَكُلُّهُمْ اٰتِيْهِ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ فَرْدًا
“Dan setiap orang dari mereka akan datang kepada Allah sendiri-sendiri pada hari Kiamat.”(QS. Maryam : 95)
Manusia secara individu datang menghadap Allah untuk dimintai keterangan atas segala perbuatannya.
Ketika seseorang datang dengan dosa pembunuhan, maka dia akan ditanya alas an mengapa membunuh. Ketika tidak ada alasan yang kuat yang diterima, maka Allah akan menghukumnya dengan balasan yang buruk.
Sebaliknya orang yang menanam kebaikan akan mdendapatkan balasan kebaikan, dan pada akhirnya akan diganjar dengan kenikmatan yang tak akan terhenti.
Ketika manusia dinilai baik perbuatannya, maka Allah akan membalasnya dengan surga. Sebaliknya, ketika perbuatannya dinilai sebagai sebuah kemaksiatan, maka Allah akan memasukkan ke neraka.
Hal ini disebabkan atas kezaliman yang telah diperbuatnya. Allah pun menegaskan bahwa tidak akan luput dari perbuatan seorang hamba dari balasan, dan sulit untuk mengelak atau lolos dari perhitungan Allah.
Hal ini menunjukkan kekuasaan Allah atas segala sesuatu termasuk meminta pertanggungjawaban secara individu. Hal ini ditegaskan Allah sebagaimana firman-Nya :
اِنْ كُلُّ مَنْ فِى السَّمٰوٰتِ وَا لْاَ رْضِ اِلَّاۤ اٰتِى الرَّحْمٰنِ عَبْدًا
“Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi, melainkan akan datang kepada (Allah) Yang Maha Pengasih sebagai seorang hamba.” (QS. Maryam : 93)
Kekuasaan Allah meliputi seluruh penduduk langit dan bumi. Dan Allah pun akan mendatangkan seluruh makhluknya untuk ditanya atas segala yang pernah dilakukannya saat di dunia.
Dengan kata lain, Allah menghisap setiap hamba bukanlah sesuatu yang mustahil dan hal itu sangat mudah bagi Allah.
Orang-orang kafir sengaja menolak hari kebangkitan karena mereka sadar bahwa apabila hari Kiamat datang maka kemaksiatannya akan dibalas. Pembalasan atas perbuatannya dipastikan akan mencelakakannya. (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News