Pentingnya Mengkaji Manuskrip Klasik Khazanah Falak Alam Melayu-Nusantara
Universiti Kebangsaan Malaysia menyelenggarakan acara diskusi membahas naskah-naskah ilmu falak di Alam Melayu.
UM Surabaya

Dalam wilayah Nusantara-Melayu masih tersimpan khazanah falak klasik yang belum sepenuhnya diungkap. Pada Selasa (31/10), Universiti Kebangsaan Malaysia menyelenggarakan acara diskusi membahas naskah-naskah ilmu falak di Alam Melayu. Diskusi ini menampilkan pakar Falak dari Muhammadiyah, Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar, sebagai narasumber utama. Namun, apa yang membuat penelitian terhadap naskah falak alam Melayu-Nusantara menjadi sangat penting?

Menurut Arwin, banyak karya falak ulama Nusantara-Melayu di masa lalu yang berharga, namun hingga saat ini belum mendapatkan analisis yang sesuai dengan metodologi filologi yang benar. Hal ini membuka peluang untuk memahami dan mengembangkan ilmu falak secara lebih baik, sehingga kita dapat menggali pengetahuan yang lebih dalam.

Selanjutnya, Arwin mengatakan bahwa khazanah falak alam Melayu-Nusantara diwarnai oleh kekayaan pengetahuan yang sangat berharga. Melalui telaah yang cermat, Arwin yakin bahwa kita dapat membuka wawasan yang lebih mendalam tentang ilmu falak yang terkandung dalam budaya Melayu yang kaya.

Namun, penelitian ini juga mengungkapkan bahwa telaah terhadap naskah falak ini adalah langkah penting untuk memahami keterkaitan ilmu di wilayah Melayu-Nusantara. Ini akan membantu kita menggali hubungan erat antara ilmu falak dan budaya yang beragam di wilayah ini.

Terakhir, Arwin menekankan bahwa penelitian dan telaah terhadap khazanah falak alam Melayu-Nusantara harus berlanjut dan berkembang di masa kini dan masa depan. Melalui upaya ini, kita dapat menjaga warisan ilmiah yang sangat berharga ini agar tidak terlupakan.

Menurut Arwin, para penulis naskah falak kuno memiliki alasan yang kuat dan latar belakang dalam menulis karya-karya ini. Mereka tidak hanya menulis dalam ruang yang hampa, melainkan didorong oleh fenomena yang berkembang pada zamannya. Sebagai contoh, naskah “an-Natijah al-Mardhiyyah di Tahqiq as-Sanah asy-syamsiyyah wa al-Qomariyah” karya Ahmad Khatib Minangkabau menjelaskan tentang penentuan bulan, yang menjadi topik penting dalam fikih.

Selain itu, kitab “Fadhl ar-Rahman fi Radd Man Radda al-Marhum Sayyid ‘Utsman” karya Syaikh Ahmad Marzuqi bin Ahmad al-Batawi, ditulis dalam bahasa Melayu dan muncul sebagai respon terhadap perdebatan dan perbedaan pendapat yang berkembang dalam penentuan awal bulan kamariah di Betawi saat itu.

Semua ini dengan tegas menunjukkan bahwa naskah falak alam Melayu-Nusantara adalah harta karun ilmiah yang tak ternilai harganya. Oleh karena itu, upaya bersama untuk meneliti, menganalisis, dan merawat warisan ini adalah tugas kita untuk menjaga pengetahuan dan budaya yang kaya ini agar tetap hidup dan relevan di zaman modern. (*/tim)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini