Menimbun Pahala Kebaikan di Dunia
Ilustrasi menimbun pahala kebaikan di dunia. (foto:bbc)
UM Surabaya

Kehidupan di dunia merupakan suatu investasi untuk mendukung pencapaian kehidupan akhirat yang lebih baik. Kehidupan di dunia tempat mendulang kebaikan dengan ibadah. Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Ustadi Hamsah dalam Pengajian Ahad Pagi, (29/10) menjelaskan tentang ibadah.

Dalam pelaksanaan ibadah, kata Ustadi, terdapat dua jenis, yakni ibadah khusus dan ibadah umum. Meski dibedakan, tujuannya tetap sama, yaitu untuk meningkatkan ketaatan dan kualitas diri di hadapan Allah.

Ibadah khusus, atau yang juga dikenal sebagai ibadah mahdah, adalah jenis ibadah yang tata cara pelaksanaannya telah ditentukan oleh Allah dan Rasulullah, termasuk solat, zakat, puasa, haji, dan sebagainya. Di sisi lain, ibadah umum atau muamalah duniawiah adalah ibadah sehari-hari, termasuk ibadah sosial.

Ustadi Hamsah menjelaskan lebih rinci mengenai ibadah umum ini sebagai ibadah yang Allah sukai, karena dilakukan sebagai pelengkap ibadah fardhu. “Melaksanakan ibadah umum ini adalah tindakan yang diizinkan oleh Allah, dan tidak dilarang, dalam rangka mencari keridhaan-Nya dan mendekatkan diri kepada Allah. Ibadah ini disenangi oleh Allah karena dilakukan sebagai pelengkap ibadah fardhu,” katanya.

Ibadah muamalah duniawiah ini tidak harus dilakukan di masjid seperti ibadah khusus, tetapi bisa dilakukan di rumah, dalam masyarakat, bahkan dalam lingkup yang lebih luas seperti bangsa dan negara. Ibadah ini terjadi ketika manusia berkomunikasi dengan sesama, terutama dalam konteks pemahaman dan pengetahuan.

“Sejak lahir manusia dirahmati Allah dalam potensi pendengaran, penglihatan dan perasa. Saat baru lahir, manusia tidak tau dan tidak mengerti apapun, seiring dengan berjalannya pertumbuhan, semua potensi tersebut terus berkembang termasuk dalam potensi rasa syukur kepada Allah atas kenikmatan yang telah diraih,” terang Ustadi.

Dalam riwayat disebutkan bahwa penghuni neraka jahannam terdiri dari umat manusia dan jin karena mereka memiliki hati, tetapi tidak menggunakannya untuk memahami dan menerima kebenaran dari Allah.

“Semoga kesadaran akan pentingnya menerapkan prinsip ibadah muamalah duniawiah muncul dari dalam diri kita, sebagai cara untuk meningkatkan nilai diri di mata Allah dan peduli terhadap sesama di sekitar kita,” harap Ustadi. (*/tim)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini