Melalui dakwah kultural yang diputuskan pada Tanwir 2002, Muhammadiyah berharap dakwah yang dikerjakan bisa menyentuh seluruh lapisan masyarakat. Akan tetapi dalam berjalannya waktu, dakwah kultural mengalami penyempitan makna. Dakwah kultural dianggap sebatas ekspresi seni dan tradisi seperti nyanyian dan tari-tarian saja.
Padahal menurut Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Abdul Mu’ti dakwah kultural tidak hanya berurusan dengan main, musik menari, dan berbagai ekspresi seni.
“Strategi dakwah kultural itu adalah dakwah dimana kita mengajak manusia dengan pendekatan-pendekatan yang bersifat soft, pendekatan yang bersifat lembut,” ungkap Mu’ti dalam GSM PWA Jabar, Ahad (5/11/2023).
Strategi dakwah kultural ini bertujuan untuk mengubah individu dengan mengubah pikiran dan hatinya. Mu’ti menafsirkan, strategi dakwah kultural merupakan dakwah yang bersifat mengubah secara bottom up.
Guru Besar Pendidikan Agama Islam ini menjelaskan, masyarakat yang mengalami pencerahan dan perubahan baik itu melalui pendidikan, pengajian, dan berbagai aspek yang berkaitan dengan sentuhan seni, itu masuk dalam kategori pendekatan dakwah kultural.
“Dakwah kultural itu tidak hanya main musik, karena selama ini dimaknai dakwah kultural itu main musik dan berbagai ekspresi seni. Pengajian ini termasuk dakwah kultural,” imbuhnya.
Strategi dakwah kultural menghendaki terjadinya perubahan pada masyarakat melalui keterbukaan pikiran, kemudian masyarakat tersebut tercerahkan. Masyarakat tidak lagi berpikiran sempit. (*/tim)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News