*) Oleh: Sigit Subiantoro
Anggota Majelis Tabligh PDM Kabupaten Kediri
Hati-hati dengan hati dan lisan. Tutupi aib saudara dengan penuh kasih sayang.
Jadilah kuburan bagi aib saudara kita. Kuburlah sedalam-dalamnya sebagaimana kita ingin agar Allah mengubur aib kita.
Tak ada kepentingan untuk kita ceritakan, karena kita bukan hakim yang harus memutuskan suatu perkara di pengadilan.
Seringnya kita tertipu dengan menyebut ini bukan ghibah, hanya untuk pelajaran, tapi apakah betul demikian?
Dengan hati yang menggebu-gebu ingin menyampaikan, menyebutkan siapa pelaku dengan jelas dan gamblang.
Padahal Hasan Al-Bashri mengingatkan, “Para sahabat dan tabi’in memiliki konsep, barang siapa yang mencela saudaranya, karena dosa-dosanya, sedangkan saudaranya itu sudah bertobat kepada Allah, maka si pencela tidak akan meninggal dunia kecuali dia akan mengalami dosa saudaranya tersebut.”
Na’udzubillahi min dzalik. Jangan sampai diri ini merasa suci. Dengan mudah mengumbar orang lain sebagai pezina, tak lama kemudian dia harus merasakan pil pahit yang sama karena merendahkan saudaranya atas dosa-dosanya.
Sahabat,
Berhati-hatilah dalam menjaga amanah hati dan lisan ini. Perasaan ujub dan celaan kita terhadap dosa saudara kita, jauh lebih besar dosanya daripada dosa karena maksiat yang saudara kita lakukan.
Karena itu, yang perlu kita lakukan adalah doakan saudara kita agar segera bertobat dan Allah maafkan dari segala dosa dan maksiat.
Dan yang terpenting, do’akan diri. Semoga dengan doa dan terus berhati-hati, Allah mengaruniakan keselamatan kepada kita yang terus berusaha untuk menjaga diri.
Aamiin.
Semoga bermanfaat. (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News