Belajar Memiliki Sifat Tawadu
foto: seekersguidance.org
UM Surabaya

*) Oleh: Ubaidillah Ichsan, S.Pd
Korps Mubaligh Muhammadiyah (KMM) PDM Jombang

“Tawadu is like rice, the fuller it is, the lower it bends.”
(Tawadu seperti padi semakin berisi semakin merunduk)

Sifat tawadu merupakan sifat yang sangat mulia dan dianjurkan dalam agama Islam.

Tawadu artinya merendahkan hati dan tidak sombong serta selalu menganggap orang lain lebih baik daripada diri sendiri.

Dalam Islam, sifat tawadu ini tidak hanya berkaitan dengan interaksi antar sesama manusia, tetapi juga hubungan antara hamba dengan Sang Pencipta. Allah menjelaskan dalam firman-Nya,

“يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ”

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.

Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Hujurat: 13)

Ayat ini mengurai tentang prinsip dasar hubungan manusia. Ayat ini juga menegaskan kesatuan asal-usul manusia dengan menunjukkan kesamaan derajat kemanusiaan manusia. Tidak wajar jika seseorang berbangga dan merasa diri lebih tinggi dari yang lain.

Dalam ayat ini Allah pun mengingatkan bahwa manusia paling mulia di hadapan-Nya adalah orang yang paling bertakwa.

Bagi orang Mukmin, predikat orang bertakwa adalah dambaan. Dari Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah saw bersabda:

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَة رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ  قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  : إِنَّ اللهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَ أَمْوَالِكُمْ وَ لَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوْبِكُمْ وَ أَعْمَالِكُمْ

”Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada rupa kalian, juga tidak kepada harta kalian, akan tetapi Dia melihat kepada hati dan amal kalian.” (Hadis sahih diriwayatkan oleh Muslim No. 2564)

Substansi hadis ini menjadi penting karena orang sering kali tertipu dan terlena dengan penampilan fisik.

Tidak sedikit orang menilai bahwa tampan yang rupawan dan harta yang banyak menjadi ukuran kemuliaan seseorang sementara ia abai terhadap amal.

Padahal kemuliaan dan nilai seseorang terletak pada seberapa amal perbuatan yang telah dilakukan.

Bila amalnya baik maka ia menjadi kemuliaan baginya sedang bila amalnya buruk maka ia menjadi keburukan bagi orang tersebut.

Dengan ini, kualitas dan nilai seseorang sangat ditentukan oleh amal yang ia lakukan. Bila kita memahami hadis ini maka kita tidak akan terjebak menilai seseorang hanya dari tampilan luar dan fisiknya. Di atas nilai fisik, untuk manusia, nilai amal baik lebih tinggi dan utama.

Setiap orang tentu saja akan semakin menyayangi orang yang rendah hati dan tidak menyombongkan diri. Itulah yang terdapat pada sisi Nabi kita Muhammad Saw. Beliau pernah bersabda,

وَإِنَّ اللَّهَ أَوْحَى إِلَىَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّى لاَ يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ وَلاَ يَبْغِى أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ

“Dan sesungguhnya Allah mewahyukan padaku untuk memiliki sifat tawadu, Janganlah seseorang menyombongkan diri (berbangga diri) dan melampaui batas pada yang lain.” (HR. Muslim No. 2865).

Maka dari itu, marilah kita belajar dan berusaha untuk selalu menjaga hati, merendahkan diri, dan menghindari sombong dalam hubungan kita dengan sesama manusia maupun dalam beribadah kepada Allah Swt.

Sifat tawadu akan membawa kita pada keberkahan dan kemuliaan di dunia dan akhirat Semoga bermanfaat. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini