Kepemimpinan Profetik dan Tegaknya Tauhid
UM Surabaya

Kepemimpinan profetik bukan hanya mengarahkan masyarakat untuk berkeyakinan yang benar, tetapi akan bertindak tegas atas penyimpangan dalam berkeyakinan.

Nabi Sulaiman bertindak tegas dengan meluruskan keyakinan Ratu Bilqis yang menyimpang dalam melkukan ritual keagamaan. Bilqis menganggap bahwa melimpahnya kekayaan, dan kehidupan yang makmur bersumber dari matahari, sehingga mengajak rakyatnya untuk sujud kepada matahari.

Mengetahui hal itu, Nabi Sulaiman turun tangan dan meluruskan keyakinan yang menyimpang hingga mengajaknya mengikuti petunjuk profetik dengan menyembah kepada Sang penjamin kehidupan dan sumber kekayaan yang sebenarnya.

Meluruskan Keyakinan

Kesejahteraan hidup yang dirasakan oleh penduduk Saba, sebagaimana yang dipimpin ratu Bilqis sangat tersohor. Kepemimpinan perempuan itu berhasil mensejahterakan rakyatnya. Kekayaan alam yang melimpah, dan berbagai fasilitas hidup terpenuhi.

Hidup dalam kemakmuran dan kesejahteraan dirasakan oleh mereka. Hal itu yang sampai kepada Nabi Sulaiman sebagaimana yang diinfokan seekor burung, Hud-hud.

Burung itu mengabarkan telah menemukan masyarakat yang hidup nyaman, Alquran mengabadikan informasi ini sebagaimana firman-Nya:

اِنِّيْ وَجَدْتُّ امْرَاَ ةً تَمْلِكُهُمْ وَاُ وْتِيَتْ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ وَّلَهَا عَرْشٌ عَظِيْمٌ

“Sungguh, kudapati ada seorang perempuan yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta memiliki singgasana yang besar.” (QS. An-Naml: 23)

Kesejahteraan hidup yang dilihatnya sungguh menggembirakan bagi burung yang amanah itu. Namun yang mengagetkan ketika dia melihat penduduk itu menyembah matahari.

Anugerah berupa kenikmatan yang melimpah bukan menyembah kepada Sang Pemberi kehidupan, tetapi justru menyembah kepada matahari. Matahari memang makhluk yang memberi manfaat, berupa panas.

Namun matahari merupakan makhluk ciptaan Allah yang tidak layak mendapatkan pengagungan berupa penghormatan seperti sujud.

Burung itu pun menunjukkan ketercengangannya. Sebagai manusia, makhluk yang paling mulia, sangat tidak pantas menyembah matahari. Setan telah menghiasi perbuatan buruk itu, sehingga mereka menyembah matahri bukan menyembah kepada pencipta matahari. Kondisi ini jelas menyalahi kodrat.

Manusia tak layak tunduk merendahkan dirinya dengan menyembah matahari, tapi tunduk dan menyembah kepada pencipta matahari. Hal ini ditegaskan Allah sebagaimana firman-Nya:

وَجَدْتُّهَا وَقَوْمَهَا يَسْجُدُوْنَ لِلشَّمْسِ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطٰنُ اَعْمَا لَهُمْ فَصَدَّهُمْ عَنِ السَّبِيْلِ فَهُمْ لَا يَهْتَدُوْنَ

“Aku (burung Hud-hud) dapati dia dan kaumnya menyembah matahari, bukan kepada Allah; dan setan telah menjadikan terasa indah bagi mereka perbuatan-perbuatan (buruk) mereka, sehingga menghalangi mereka dari jalan (Allah), maka mereka tidak mendapat petunjuk,” (QS. An-Naml : 24)

Ketegasan Sulaiman

Ketika mendengar laporan burung Hud-hud yang mengabarkan adanya penyimpangan suatu kaum yang menyembah matahari, maka Nabi Sulaiman langsung bertindak cepat. Kaum itu dipimpin seorang perempuan bernama ratu Bilqis.

Nabi Sulaiman pun langsung memerintahkan burung itu untuk mengirim surat yang berisi ajakan untuk mengikuti cara penyembahan yang benar.

Dalam surat itu Nabi Sulaiman membuka salam damai, dan kemudian mengingatkan ratu Bilqis agar tidak berlaku sombong atas berbagai kekayaan yang melimpah.

Nabi Sulaiman pun mensugesti ratu Bilqis untuk mengikuti cara beragamanya, yakni tunduk dan patuh kepada Allah. Hal ini ditegaskan Allah sebagaimana firman-Nya:

اَ لَّا تَعْلُوْا عَلَيَّ وَأْتُوْنِيْ مُسْلِمِيْنَ

“Janganlah engkau berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri.” (QS. An-Naml : 31)

Ajakan Nabi Sulaiman pun sangat meyakinkan ratu Bilqis, sehingga tersugesti untuk mengikuti ajakannya untuk memeluk Islam. Dengan kekuatan bala tentara serta kekayaan yang sangat melimpah dari Nabi Sulaiman, membuat ratu Bilqis dan tentaranya tidak bisa berbuat banyak, sehingga tunduk dan patuh kepada perintah Nabi Sulaiman.

Selaku raja dan penguasa yang bertauhid, Nabi Sulaiman menggunakan otoritasnya untuk meluruskan keyakinan yang menyimpang. Dia menggerakkan segara potensi dan sumber daya yang dimiliki untuk mengajak manusia berada di jalan yang lurus.

Tahapan Nabi Sulaiman untuk mendakwahkan tauhid dengan tunduk-patuh dan menyembah hanya kepada Allah, bukan kepada matahari. Ajakan persuatif Nabi Sulaiman dengan mengirim surat menunjukkan kebijaksanaan sebagai raja yang baik.

Nabi Sulaiman pun menunjukkan seorang raja yang siap mempertaruhkan jiwa dan segala potensi yang dimilikinya untuk mengajak kepada manusia untuk memiliki keyakinan yang benar dan lurus.

Kerajaan yang kuat dan perkasa dimanfaatkan untuk mentauhidkan Allah dengan mengajak manusia menyembah hanya kepada Allah serta tidak membiarkan adanya manusia yang berkeyakinan menyimpang.

Apa yang dilakukan oleh Nabi Sulaiman, dengan mengajak untuk menyembah kepada Allah, sejalan fitrah manusia. Allah sebagai pencipta dan pemelihara alam semesta sangat pantas untuk disembah, bukan justru menyembah sesama makhluk.

Matahari berkedudukan sama seperti bulan, bintang, air, gunung dan ciptaan Allah lainnya. Sebagai ciptaan Allah, mereka tunduk dan patuh kepada-Nya.

Ajakan Nabi Sulaiman kepada ratu Bilqis sejalan dengan apa yang dilakukan oleh Nabi Muhammad ketika mengirim surat kepada para raja untuk memeluk Islam.

Ajakan memeluk Islam dan tunduk kepada aturan Allah merupakan misi besar para nabi dan rasul. Hal ini sekaligus membantah pemikiran kaum liberal yang berpandangan bahwa manusia memiliki kebebasan beragama dan berkeyakinan.

Nabi Sulaiman langsung bertindak dengan menyiapkan bala tentaranya bila ada pihak-pihak yang menyimpang dengan menyembah selain Allah. Membiarkan kelompok yang berkemakmuran dan hidup berkecukupan dengan keyakinan yang menyimpang, bukanlah cara berpikir yang benar.

Nabi Sulaiman menggunakan kekuasaannya untuk menghilangkan kesyirikan, bukan dengan alasan kebebasan beragama, membiarkan manusia melakukan penyembahan yang bertentangan dengan fitrahnya.

Nabi Sulaiman merupakan sosok pemimpin profetik yang menggunakan kekuasaannya untuk menegakkan tauhid dan menghindarkan manusia dari penyembahan kepada selain Allah.

Penulis: Dr. SLAMET MULIONO REDJOSARI, Dosen Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini