Kehinaan Atas Delegitimasi dan Olok-Olok Risalah Profetik
foto: premiumtimesng.com

*) Oleh: Dr. Slamet Muliono Redjosari

Alquran menarasikan dengan baik upaya orang kafir untuk mendelegitimasi terhadap risalah profetik. Berbagai bukti kebenaran kenabian sudah ditunjukkan, namun watak buruk para pendusta tidak bisa hilang, bahkan keraguan pun semakin menguat.

Mereka pun bersikukuh dengan ilmu dan argumen yang lemah semu. Atas kejahatan mereka yang meragukan rasul-Nya, Allah pun memasukkan ke dalam neraka.

Malaikat pun heran atas fakta yang dilihatnya, dan bertanya apakah belum pernah ada keterangan yang menjelaskan tempat yang menghinakan itu (neraka).

Orang kafir itu pun tidak bisa mengelak atas hukuman yang akan mereka rasakan dan kehinaan pun akan mereka terima.

Olok-Olok Orang Kafir

Telah menjadi watak buruk orang kafir, yang sulit dihindari untuk meragukan dan meremehkan risalah kenabian.

Mereka begitu dalam menghinakan utusan Allah dengan mengolok-olok ajarannya. Padahal rasul datang untuk meluruskan atas penyimpangan perilaku yang dilakukan kaumnya.

Alih-alih mengikuti nasehat rasul, mereka justru semakin ragu ketika keinginan mereka untuk meminta bukti kerasulan didatangkan.

Allah mengabadikan sikap sombong mereka yang tetap kokoh dalam memegang tradisi yang menyimpang.

Ketika datang rasul untuk mengingatkan ketika mereka mengagungkan dan meminta kepada berhala yang mereka sembah, mereka pun tak bergeming. Padahal berhala itu tidak memiliki kemampuan apa-apa.

Alquran pun menggambarkan kebanggaan diri dan rasa sombong itu ketika datang berbagai bukti kebenaran. Hal ini sebagaimana firman-Nya:

فَلَمَّا جَآءَتْهُمْ رُسُلُهُمْ بِا لْبَيِّنٰتِ فَرِحُوْا بِمَا عِنْدَهُمْ مِّنَ الْعِلْمِ وَحَا قَ بِهِمْ مَّا كَا نُوْا بِهٖ يَسْتَهْزِءُوْنَ

“Maka ketika para rasul datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka merasa senang dengan ilmu yang ada pada mereka dan mereka dikepung oleh (azab) yang dahulu mereka memperolok-olokkannya.” (QS. Ghafir 40: Ayat 83)

Kebanggaan diri dan sikap sombong itu itu digambarkan dengan baik dengan hadirnya sosok Qarun.

Qarun ketika dikaruniai kekayaan yang sangat banyak, dia pun merasa bangga atas kekayaan dirinya.

Dia pun mempertontonkan kekayaan itu. Mempertontonkan kekayaan kepada publik pun sempat menggoyang keimanan masyarakat yang hidup dalam kesederhanaan.

Kaumnya sudah mengingatkan Qarun atas perilaku pamernya, dan mengajaknya untuk menyadari kesalahannya.

Ketika tidak mengindahkan nasehat yang baik, maka Allah pun menghinakannya, dengan menenggelamkan fisik bersama seluruh harta kekayaannya.

Penghinaan Allah itu karena perbuatan Qarun yang melampaui batas atas kekayaan yang telah dikaruniakan kepadanya.

Keheranan Malaikat

Ketika orang-orang kafir akan dimasukkan ke dalam neraka, karena penolakan risalah profetik, malaikat pun bertanya kepada mereka.

Pertanyaan malaikat untuk mendapatkan kepastian apakah telah datang peringatan dari rasul atas tempat yang hina ini.

Malaikat itu heran kepada manusia kenekatan mereka mau mendatangi neraka ini. Hal ini dinarasikan Alquran sebagaimana firman-Nya :

قَا لُوْۤا اَوَلَمْ تَكُ تَأْتِيْكُمْ رُسُلُكُمْ بِا لْبَيِّنٰتِ ۗ قَا لُوْا بَلٰى ۗ قَا لُوْا فَا دْعُوْا ۚ وَمَا دُعٰۤـؤُا الْكٰفِرِيْنَ اِلَّا فِيْ ضَلٰلٍ

“Maka (penjaga-penjaga Jahanam) berkata, “Apakah rasul-rasul belum datang kepadamu dengan membawa bukti-bukti yang nyata?”

Mereka menjawab, “Benar, sudah datang.” (Penjaga-penjaga Jahanam) berkata, “Berdoalah kamu (sendiri!)” Namun, doa orang-orang kafir itu sia-sia belaka.” (QS. Ghafir : 50)

Setelah malaikat bertanya secara langsung, orang kafir pun tidak mengelak dan menyatakan bahwa mereka bersalah karena berlaku sombong terhadap kebenaran yang datang kepadanya.

Rasul telah datang dan menjelaskan tentang neraka ini, namun mereka enggan mengikuti petunjuk itu, mendustakan dan menyombongkan diri. Hal ini ditegaskan Allah sebagaimana firman-Nya :

بَلٰى قَدْ جَآءَتْكَ اٰيٰتِيْ فَكَذَّبْتَ بِهَا وَا سْتَكْبَرْتَ وَكُنْتَ مِنَ الْكٰفِرِيْنَ

“Sungguh, sebenarnya keterangan-keterangan-Ku telah datang kepadamu, tetapi kamu mendustakannya, malah kamu menyombongkan diri dan termasuk orang kafir.” (QS. Az-Zumar : 59)

Allah juga menunjukkan bukti bahwa mereka berlaku sombong ketika datang berita kebenaran dari rasul.

Mereka pun menyesal dan ingin mendapatkan keselamatan. Namun Allah sudah menetapkan siksa bagi mereka yang mendustakan para rasul.

Hal ini menunjukkan bahwa masuknya orang-orang kafir ke dalam neraka tidak serta merta dan tanpa sebab.

Perbuatan mereka layak dibalas dengan neraka karena pendustaan akan adanya neraka ini. Penolakan atas hari kebangkitan membuat mereka terjerembab pada perbuatan maksiat dan tindakan kejahatan.

Rasul pun memperingatkan dan mengancamnya dengan siksa neraka bila tidak menghentikan perbuatan buruk itu.

Mereka bukannya berhenti dari kemaksiatan, tetapi justru meragukan eksistensi neraka itu. Pendustaan mereka atas neraka dilakukan secara kolektif, sehingga Allah memasukkan mereka secara bersama-sama.

Hal ini dinarasikan dengan baik sebagaimana firman-Nya:

وَسِيْقَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْۤا اِلٰى جَهَنَّمَ زُمَرًا ۗ حَتّٰۤى اِذَا جَآءُوْهَا فُتِحَتْ اَبْوَا بُهَا وَقَا لَ لَهُمْ خَزَنَـتُهَاۤ اَلَمْ يَأْتِكُمْ رُسُلٌ مِّنْكُمْ يَتْلُوْنَ عَلَيْكُمْ اٰيٰتِ رَبِّكُمْ وَيُنْذِرُوْنَـكُمْ لِقَآءَ يَوْمِكُمْ هٰذَا ۗ قَا لُوْا بَلٰى وَلٰـكِنْ حَقَّتْ كَلِمَةُ الْعَذَا بِ عَلَى الْكٰفِرِيْنَ

“Orang-orang yang kafir digiring ke Neraka Jahanam secara berombongan. Sehingga apabila mereka sampai kepadanya (neraka) pintu-pintunya dibukakan dan penjaga-penjaga berkata kepada mereka, “Apakah belum pernah datang kepadamu rasul-rasul dari kalangan kamu yang membacakan ayat-ayat Tuhanmu dan memperingatkan kepadamu akan pertemuan (dengan) harimu ini?”

Mereka menjawab, “Benar, ada,” tetapi ketetapan azab pasti berlaku terhadap orang-orang kafir.” (QS. Az-Zumar : 71)

Keraguan atas hari kiamat, membuat orang-orang kafir begitu leluasa untuk mendustakan kedatangannya. Pendustaan itu mendorong mereka leluasa untuk berbuat kezaliman.

Mereka tidak mengenal baik-buruk, halal-haram, dan hidupnya baik-baik saja ketika berbuat maksiat.

Seolah tanpa ada yang mencegahnya sehingga kemaksiatannya berjalan lancar. Memasukkan mereka ke dalam neraka bukan hanya untuk membuktikan keberadaan neraka, tetapi untuk menunjukkan keadilan Allah atas hamba-hamba-Nya yang mendelegitimasi dan mengolok-olok risalah kenabian. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini