Surga Itu Tidak Gratis
foto: dok/pri
UM Surabaya

*) Oleh: Masun Azali Amrullah, M.Ag
Wakil Ketua PDM Kabupaten Ngawi

Ada sebuah kisah menarik yang konon pernah terjadi pada diri seorang ulama besar kenamaan, Imam Hasan al-Bashri.

Pada suatu hari, sang Imam pergi ke pasar dengan cara menyamar sebagai seorang biasa. Setiba di sana, ia ingin pergi ke toilet untuk buang air kecil. Namun, ketika ia merogoh saku jubahnya, ia tidak mendapati uang.

Ia lalu menghampiri penjaga toilet dan berkata, “Wahai penjaga toilet, bolehkah aku menumpang buang air kecil di toiletmu ini hari ini tanpa membayar, sebab uangku ketinggalan di rumah. Besok, insya Allah akan aku bayar.”

Dengan nada ketus sang penjaga toilet menjawab, “Tidak bisa! Hari ini kamu ada uang, kamu boleh bayar!”

Sang Imam mencoba bernegosiasi, “Percayalah! Besok aku akan segera kembali! Aku akan segera membayarnya! Aku sangat ingin buang air kecil!”

Dengan nada marah, sang penjaga memaki-maki ulama itu. “Sudah aku katakan! Jika kamu tidak ada uang, kamu tidak boleh menggunakan fasilitas di sini. Besok kamu ada uang, kamu boleh datang lagi ke sini!”

Mendengar jawaban seperti itu, Imam Hasan al-Bashri meninggalkan pasar itu sembari menangis tersedu-sedu. Beliau bersedih bukan lantaran dimaki-maki penjaga toilet itu.

Sembari tersungkur beliau meratap berdoa kepada Allah. “Duhai Rabb! Sungguh aku merasa malu pada-Mu! Perlakuan penjaga toilet tadi telah menyadarkanku akan kelalaianku.

Betapa untuk memasuki sebuah tempat yang hina dan kotor saja di dunia ini, aku tertolak dan mendapatkan perlakuan hina hanya lantaran aku tidak membawa membawa bekal.

Aku tidak membayangkan betapa mahal harga surga yang harus aku bayar demi memperoleh segala kenikmatan di surga-Mu kelak.

Bagaimana mungkin aku datang tanpa membawa apa-apa? Amal kebaikan apa yang telah aku lakukan demi membayar semua itu, sedangkan untuk sebuah tempat paling hina di dunia saja, aku harus membayarnya.”

Berlalu dari kejadian itu, beliau semakin meningkatkan ibadah dan amal kebaikannya. Beberapa minggu kemudian, penjaga toilet itu menyadari bahwa orang yang ditolaknya merupakan seorang ulama besar kenamaan.

Ia pun mendatangi rumah sang imam dan meminta maaf. Namun, sang imam tidak marah. Beliau malah memberinya sejumlah uang karena telah menyadarkan dirinya sesungguhnya ternyata surga itu tidaklah gratis.

Ustaz Muhammad Hatta mengatakan, seorang muslim tidak bisa secara otomatis masuk ke dalam surga Allah SWT. Seorang muslim juga tidak bisa masuk surga secara gratisan.

Ustaz Hatta menyebutkan, untuk bisa masuk surga Allah SWT seorang muslim perlu perjuangan dan pengorbanan. Termasuk berkorban harta maupun benda yang dicintai.

“Wong, naik bus saja bayar. Mau menonton konser musik juga harus bayar. Biayanya bahkan sampai puluhan juta rupiah, dan begitu saja mau beli. Masak mau masuk surga kok pinginnya gratisan. Ya, gak bisa,” katanya dalam pengajian bertema “Akhlak Bertuhan Allah”.

Pengajian itu diselenggarakan Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Dupak Bandarejo di Masjid Al Azhar Muhammadiyah Dupak Bandarejo, Surabaya.

Ustaz Hatta menerangkan, seorang muslim untuk bisa masuk surga Allah SWT harus pula melalui tantangan, cobaan, dan ujian keimanan maupun kesabaran. Bahkan goncangan kehidupan. Seperti halnya orang-orang terdahulu.

“Seorang Nabi sekali pun tidak luput dari ujian, tantangan maupun goncangan kehidupan. Apalagi kita yang cuma hamba ini,” paparnya.

Ia mengungkapkan, sekarang ini proses mengaji sudah sangat mudah karena bisa dengan smartphone.

Mengaji juga sekarang enak sekali karena sekarang disediakan aneka makanan, ruangannya sejuk dan lainnya.

Meski begitu, kritiknya, masih banyak orang yang tidak mau datang menghadiri majelis ilmu.

“Nah, mana perjuangannya? Bagitu kok ingin bisa meraih pintu surga. Ngaji saja tidak mau. Apalagi berkorban. Masuk surga itu tidak gratisan, loh?” pungkasnya. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini