*) Oleh: Ubaidillah Ichsan, S.Pd
Korps Mubaligh Muhammadiyah (KMM) PDM Jombang
“In fact, happiness is when your heart is able to accept His decrees gracefully, without any complaints.”
(Sejatinya bahagia itu ketika hatimu mampu menerima dengan lapang dada dari ketetapan-Nya, tanpa ada rasa keluh kesah)
Kebahagiaan adalah anugerah yang diberikan kepada setiap manusia dan sering menjadi tujuan akhir kehidupan.
Banyak orang mencari formula kebahagiaan atau jalan yang tepat untuk meraihnya. Sebenarnya, kebahagiaan itu tak harus dicari karena ia berada dalam hati kita.
Dalam ajaran Islam, kebahagiaan ditemukan dalam keseimbangan hidup, baik fisik maupun rohani.
Allah SWT berfirman:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ قَدْ جَآءَتْكُم مَّوْعِظَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَشِفَآءٌ لِّمَا فِى ٱلصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Yunus: 57)
Ayat ini menjelaskan bahwa Alquran adalah penyembuh bagian hati yang mengandung berbagai macam hikmah dan petunjuk bagi manusia. Allah Swt berfirman,
ٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌۢ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِى ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَوْلَٰدِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ ٱلْكُفَّارَ نَبَاتُهُۥ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَىٰهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَٰمًا ۖ وَفِى ٱلْءَاخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِّنَ ٱللَّهِ وَرِضْوَٰنٌ ۚ وَمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا مَتَٰعُ ٱلْغُرُورِ
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, kewajiban perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur.
Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (Qs. Al-Hadid:20)
Ayat ini menjelaskan, dunia ini hanyalah kesenangan sementara. Kebahagiaan sejati terletak di kehidupan akhirat. Dari Zaid bin Tsabit ia mendengar Rasûlullâh saw bersabda:
مَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ ، فَرَّقَ اللهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ ، وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ ِ، وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلَّا مَا كُتِبَ لَهُ ، وَمَنْ كَانَتِ الْآخِرَةُ نِيَّـتَهُ ، جَمَعَ اللهُ أَمْرَهُ ، وَجَعَلَ غِنَاهُ فِيْ قَلْبِهِ ، وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ.
“Barang siapa tujuan hidupnya adalah dunia, maka Allâh akan mencerai-beraikan urusannya, menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya, dan ia tidak mendapatkan dunia kecuali menurut ketentuan yang telah ditetapkan baginya.
Barang siapa yang niat (tujuan) hidupnya adalah negeri akhirat, Allâh akan mengumpulkan urusannya, menjadikan kekayaan di hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina.”(Hadis sahih diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam musnadnya:V/183)
Jadi, kebahagiaan itu letaknya di dalam hati. Sebagai umat manusia, kita harus menjaga hati kita dari kecenderungan dunia yang sementara dan mengisi hati dengan keimanan dan ketakwaan kepada Allah.
Hiduplah dengan keseimbangan, menjaga fisik dan rohani demi mencapai kebahagiaan hakiki.
Semoga bermanfaat. (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News
