*) Oleh: Masun Azali Amrullah, M.Ag
Wakil Ketua PDM Kabupaten Ngawi
Istilah ta’ashub cenderung diartikan dengan fanatik buta terhadap golongan, benar atau salah. Berbagai konflik antar umat Islam, sering terjadi hanya untuk membela golongan, ini namanya penyakit ta’ashub.
Di zaman jahiliah (sebelum Islam datang). penyakit ini telah mencabik-cabik keutuhan masyarakat pada waktu itu. Pertarungan berdarah antar kabilah merupakan pemandangan sehari-hari.
Prinsip yang mereka gelar adalah: “unshur akhaaka zhaliman au mazhluman,” (belalah saudaramu sekabilah atau segolongan baik ia berbuat zalim atau dizalimi). Begitu parahnya penyakit ta’ashub sehingga mereka berpecah belah.
Tapi begitu Islam datang. penyakit ini segera dikubur habis, diganti dengan persaudaraan ukhuwah Islamiyah.
Dari persaudaraan inilah, kemudian muncul sebuah kekuatan umat Islam yang bisa menaklukkan kekuatan-kekuatan raksasa zalim, Kerajaan Romawi dan Persia.
Alquran telah merekam nikmatnya persaudaraan yang demikian agung tersebut.
“Dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu, ketika kamu dahulu (masa) jahiliah bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu lalu menjadikan kamu dengan nikmat Allah orang-orang yang bersaudara, dan kamu (waktu itu) telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya.
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk” (QS.3. 103).
Dalam ayat ini digambarkan bahwa kalau tidak karena nikmat Islam, mereka akan terus berperang tanpa titik akhir demi kabilah dan tindakan itu tentu di mata Allah adalah perilaku ahli neraka.
Dari sini terlihat jelas bahwa ta’ashub tidak hanya melahirkan perpecahan, tapi juga merugikan di dunia dan kelak akan menyebabkan masuknya seseorang ke dalam siksa api neraka.
Imam Muhammad H ibn Ishaq. meriwayat-kan bahwa suatu hari seorang Yahudi melewati sekelompok kaum Khazraj dan Aus yang dang bertemu untuk berdamai.
Tapi kemudian orang Yahudi ini berusaha memancing konflik antara mereka, dengan mengingatkan masa lalu yang penuh dengan permusuhan dan peperangan antar mereka.
Mereka lalu terpancing. kemarahan antara kedua belah pihak hampir menyulut peperangan.
Untungnya Rasulullah segera mendengar kejadian tersebut, lalu berkata kepada mereka: “Masihkah kalian menggelar kebiasaan zaman jahiliah, sementara saya ada di tengah kalian,” lalu beliau membacakan ayat tersebut, (Tafsirlbn Katsir; Jilid 1, hal 582). (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News