Kisah Teladan Pemilik Tangan Hitam yang Dicintai Allah
UM Surabaya

*) Oleh: Agus Wahyudi

Belajarlah banyak dari kisah-kisah Rasulullah dan para sahabat. Baik yang disampaikan para mubalig di mimbar-mimbar, maupun dari buku-buku yang memberi wawasan dan meningkatkan motivasi.

Seperti kisah inspiratif yang sangat menyentuh ini. Dari Sa’ad Al-Anshari yang menceritakan tentang seorang sahabat Rasulullah memperlihatkan tangannya yang hitam dan melepuh.

Ketika Rasulullah menanyakan hal itu, Sa’ad berkata bahwa tangannya melepuh lantaran bekerja keras. Sahabat itu bekerja membelah tanah keras dengan kampaknya untuk mencari nafkah yang halal bagi keluarga.

Mendengar itu, Rasulullah yang mulia mengambil tangannya, lantas menciumnya. “Inilah tangan yang tidak akan pernah disentuh api neraka,” kata Rasulullah

Saya sering menceritakan kisah ini kepada keluarga, teman, dan sahabat. Bahkan beberapa teman di antaranya menceritakan ulang kepada teman lainnya.

Kisah sahabat Rasulullah yang tabah ini menjadi introspeksi bagi kita semua. Menjadi cermin diri untuk semua umat manusia. Betapa mulianya orang yang mau bekerja keras dan mau selalu bersyukur, tawakal, dan qonaah.

Sebagai ilustrasi, agaknya kita pantas merenungi berapa banyak orang-orang kurang beruntung di sekitar kita. Para kaum papa yang bekerja tanpa kenal waktu untuk memenuhi kebutuhan periuk nasi. Pagi-pagi mereka berangkat, tiba di tempat kerja lantas memikul barang-barang yang berat.

Mereka bekerja di tengah sengatan sinar matahari yang menghujam kulit. Para kuli panggul atau pekerja kasar lain di pelabuhan. Mereka juga tak pernah lelah menjemput rezeki. Mau bersungguh-sungguh melakukan tugasnya. Mereka ikatkan keyakinan tentang arti kesabaran. Karena kemenangan itu akan datang bersama kesabaran.

Kita pun sepantasnya berempati kepada melihat para pedagang asongan. Yang hatinya selalu berdebar-debar diselimuti kecemasan akan datangnya aparat penertiban. Yang setiap saat bisa mengejar mereka, merampas barang-barang dagangannya.

Para nelayan yang bersemangat melaut karena cinta keluarganya. Para petani yang saban hari tak kenal lelah menyemai lahannya dan merawatnya agar tetap subur.

Kaum buruh pabrik yang datang dari kampung terpencil yang bekerja tanpa perlindungan asuransi. Para sopir angkot yang nasibnya makin menentu menyusuk melambungnya harga bahan bakar dan makin sepinya penumpang.

Kita juga perlu melihat berapa banyak orang yang bekerja dalam tekanan keras namun tak pernah meninggalkan ibadah. Mereka yang tetap yakin dengan pertolongan Allah tanpa mau bertanya kapan datangnya.

“Dan, di langit terdapat (sebab-sebab) rezekimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu.” (QS. Az-Zariyat: 22)

***

Kisah dari sahabat Rasulullah ini juga mengajarkan kepada kita tentang betapa pentingnya etos kerja. Semangat kerja yang harus dimiliki agar mampu bekerja lebih baik. Bekerja untuk memperoleh nilai hidup.

Dengan etos kerja yang baik, mereka bisa memiliki totalitas kepribadian diri serta cara memaknai, mengekspresikan, dan meyakini sesuatu hingga mendorong dirinya untuk bertindak serta meraih amal yang optimal.

Jika semangat itu yang dipunyai, pekerjaan apa pun yang dilakukan asal halal, pada ujungnya akan memberikan kebaikan. Baik untuk pribadi, keluarga maupun orang lain.

Dalam konteks tersebut, kita juga perlu menyadari tentang roda kehidupan yang terus berputar. Ada kala kita memang berada di bawah. Mengerjakan tugas-tugas berat dengan upah yang tak seberapa.

Namun karena kesabaran, kesungguhan, dan kejujuran jerih payahnya mendatangkan keberkahan. Hingga pada saatnya upaya keras yang kita lakukan mendatangkan hasil yang maksimal.

Jika kemudian kesungguhan kita dalam bekerja bisa mengangkat derajat dan taraf kehidupan yang lebih baik, itu merupakan bonus dari Allah yang pantas kita syukuri.

“Dan Katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. At-Taubah: 105)

Jadi, pada ujungnya, berbanggalah para pemilik tangan-tangan yang hitam. Para pekerja keras yang tak pernah mengeluh menghadapi kesulitan hidup. Janganlah pernah bersedih! Janganlah meratapi kehidupan dunia yang sementara.

Manusia yang suka bekerja keras sesungguhnya amat dicintai Allah. Sebaliknya, Allah teramat membenci mereka yang menghabiskan hari-harinya dengan berpangku tangan. Bergumul dengan ilusi-ilusi kosong.

Bekerja keras dengan penuh kesungguhan dan kejujuran adalah tugas mulia yang akan mendapat balasan kebaikan dari Allah. Begitu pun hidup dengan kepasrahan dan kesabaran, tentu akan mendapat kemudahan dan kebahagiaan. Wallahualam bissawab. (*)

 

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini