Tiga Jalur Ide Pembaruan
Bangkitnya Islam Indonesia mencerminkan kesadaran bangsa Indonesia akan lahirnya kembali semangat dalam meningkatkan pembaruan bidang sosial, politik, dan pendidikan.
Pengaruh gerakan modernisasi dunia Islam semakin terlihat di Tanah Air. Terutama di awal abad ke-20.
Menurut Nurcholish Madjid, modernisasi adalah pengertian yang identik, dengan pengertian rasionalisasi. Dan hal ini berarti proses perombakan pola berpikir dan tata kerja lama yang tidak aqliyah (irrasional), menjadi pola berfikir dan tata kerja baru yang aqliyah (rasional).
Kegunaannya untuk memperoleh daya guna dan efisiensi yang maksimal. Jadi sesuatu dapat disebut modern kalau ia bersifat rasional, ilmiah, dan bersesuaian dengan hukum-hukum yang berlaku dalam alam.
Awal abad 20, pemikiran pembaruan sebagaimana didefinisikan Nurcholish Madjid sudah terlihat dan sudah mewarnai arus pemikiran gerakan Islam di Indonesia. Dan itu harus diakui, sebagai dampak interaksi bangsa Indonesia dengan dunia Islam, khususnya Timur Tengah.
Gagasan-gagasan pembaruan dunia Islam masuk menjalar ke Indonesia. Para sejarawan menyebut ada tiga jalur ide pembaruan itu masuk ke Indonesia.
Pertama, jalur haji dan mukim atau tempat tinggal di Mekkah. Kedua, jalur publikasi, dan ketiga adalah jalur mahasiswa yang menimba ilmu di Timur Tengah.
Ketiga jalur itulah yang membuat gagasan pembaruan dunia menyebar cepat ke Tanah Air dan menjadi sebuah gerakan. Para tokoh yang menunaikan ibadah haji memiliki tradisi bermukim atau tinggal di Mekkah sambil menimba dan memperdalam ilmu keagamaan atau pengetahuan lainnya.
Sehingga ketika mereka kembali ke Tanah Air, kualitas keilmuan dan pengamalan keagamaannya semakin meningkat. Selama tinggal di sana, interaksi dengan dunia luar tentu tak terhindarkan lagi.
Ide dan gagasan baru yang mereka peroleh tidak jarang mempengaruhi orientasi pemikiran dan dakwah. Sehingga gerakan pembaruan Islam bisa berkembang cepat. Karena para ulama yang pergi haji rata-rata punya pengaruh kuat di kalangan masyarakat Indonesia.
Di antara tokoh Islam Indonesia yang menimba ilmu di Mekkah adalah KH Ahmad Dahlan dan Hadratus Syekh KH Hasyim Asy’ari. Bahkan kedua tokoh ini berguru pada guru yang sama selama di Mekkah, yakni KH Ahmad Khatib Al-Minangkabawi, seorang imam dan khatib Masjidil Haram, Mekkah.
Kedua tokoh ini dalam perkembangan selanjutnya terinspirasi mendirikan organisasi di Tanah Air. KH Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah, tahun 1912 M. Sementara KH Hasyim Asy’ari mendirikan organisasi Nahdlatul Ulama (NU), tahun 1926 M.
Tak hanya KH Ahmad Dahlan dan KH Hasyim Asy’ari, tokoh lain yang juga melakukan hal sama adalah H. Ahmad Surkati mendirikan Al-Irsyad, tahun 1914 M dan Haji Zamzam mendirikan Persis, tahun 1923 M.
Mereka milih melakukan gerakan pembaruan di bidang pendidikan didasari argumentasi bahwa lembaga pendidikan merupakan media paling efektif untuk menumbuhkan gagasan-gagasan baru.
Tokoh muslim lainnya yang juga melakukan gerakan pembaruan sepulang dari Mekkah adalah Sudarno Nadi. Tahun 1904 M, beliau berangkat haji dan sepulang dari Mekkah, nama beliau berganti menjadi KH Samanhudi dan mendirikan sebuah organisasi Serikat Dagang Islam (SDI), tahun 1905 M.
Organisasi Serikat Dagang Islam ini nanti akan diubah menjadi Syarekat Islam (SI) di bawah pimpinan HOS Tjokroaminoto, tahun 1912 M. Syarekat Islam inilah yang akhirnya menjelma sebagai organisasi politik pertama umat Islam di tengah-tengah pemerintahan penjajah untuk memperjuangkan umat Islam.
Namun sayang, dalam perkembangan selanjutnya, Sarekat Islam disusupi oleh kelompok komunis, hingga akhirnya organisasi politik SI pun terpecah jadi dua, yakni SI Putih dan SI Merah.
SI putih adalah kelompok berhaluan kanan alias Islam dimotori HOS Tjokroaminoto, sedang SI Merah berhaluan kiri alias kelompok komunis dimotori oleh Semaun dan Darsono.
Pertentangan dua kelompok ini makin kuat setelah ada penyataan sikap SI Merah yang menentang Pan-Islamisme, padahal slogan itu sejak awal jadi semangat umat Islam melawan penjajah.
Fakta ini sekaligus mempertegas dan jadi bukti bahwa kelompok komunis memang sejak awal terus menghadang perjuangan umat Islam dan memusuhi Islam.