Menlu RI Sarankan Tiga Peran untuk Muhammadiyah dalam Mengatasi Krisis Iklim Dunia
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi
UM Surabaya

Menteri Luar Negeri (Menlu) RI, Retno Marsudi menyatakan komitmen Indonesia mengatasi krisis iklim. Mengingat ikhtiar mengatasi krisis iklim adalah kerja besar, Retno menganggap penting peran dan keterlibatan organisasi kemasyarakatan berbasis agama seperti Muhammadiyah.

“Besarnya krisis iklim dan kebutuhan mendesak akan tindakan memerlukan kemitraan yang inovatif. Pemerintah sendiri tidak dapat mencapai komitmen ini. Kita memerlukan seluruh ekosistem nasional untuk turut serta, termasuk Muhammadiyah,” ujarnya saat menyampaikan sambutan pada Forum lingkungan internasional, Global Forum for Climate Movement: Promoting Green Culture, Innovation, and Cooperation di Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Yogyakarta, Jumat (17/11/2023).

Forum itu sendiri merupakan rangkaian dari acara perayaan Milad ke-111 tahun Persyarikatan Muhammadiyah. Global Forum yang melibatkan ahli lingkungan dari 13 negara terselenggara berkat kolaborasi Majelis Lingkungan Hidup (MLH) PP Muhammadiyah, Lembaga Hubungan dan Kerja sama Internasional (LHKI) PP Muhammadiyah, dan Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Republik Indonesia.

Komitmen mengatasi krisis iklim, lanjut Menlu Retno, nampak pada peningkatan Kontribusi Nasional atau NDCs sebesar 29% pada tahun 2017. NDC pertama dan update NDC menjadi 31 poin, 89% tanpa syarat dan dari 41% dalam NDC yang diperbarui menjadi 43,2% secara kondisional.

Adapun peran Muhammadiyah yang bisa dilakukan untuk berkontribusi pada krisis iklim, menurut Retno, bisa dilakukan pada tiga hal, yakni membangun keterlibatan masyarakat, mengontribusikan sumber daya manusia yang dimiliki, dan memberikan pemahaman kepada umat di akar rumput.

“Pertama dalam membangun keterlibatan masyarakat dengan jaringan yang maju ke masyarakat lokal, organisasi berbasis agama dapat berkontribusi untuk menyebarkan informasi terkait iklim untuk melakukan kampanye kesadaran dan untuk memobilisasi proyek-proyek iklim berbasis masyarakat,” kata Retno.

Sedangkan peran kedua, dalam hal kontribusi intelektual, lanjut Retno,  terdapat peluang bagi organisasi berbasis agama untuk memastikan bahwa generasi muda memiliki informasi dan motivasi yang baik untuk melakukan aksi iklim. Anggota-anggota Muhammadiyah diakui terdiri dari para intelektual dan ahli dalam banyak bidang.

“Sudah waktunya untuk menarik sumber daya Muhammadiyah bukan hanya untuk penguatan kapasitas organisasi, tetapi juga untuk melakukan kerja sama dengan para ahli di seluruh dunia untuk mengatasi tantangan bersama dan berkontribusi kepada masyarakat,” imbuhnya.

Sedangkan peran ketiga dalam memberikan bimbingan moral dan etika yang mengajarkan untuk merawat bumi telah ditekankan oleh banyak ajaran agama termasuk Islam.

“Organisasi berbasis agama dapat memperkuat pesan ini dan mendorong penerapan gaya hidup dan perilaku ramah lingkungan melalui program yang menyentuh langsung masyarakat, terutama untuk meningkatkan kesadaran masyarakat bagi mereka yang masih berusia dini,” tegasnya.

Dalam kesempatan tersebut, Menlu Retno juga memuji peluncuran Muhammadiyah Climate Center (MCC) yang dirancang sebagai pusat gerakan Muhammadiyah dalam kerja mengatasi perubahan iklim di tingkat global.

“Saya ingin memuji peluncuran MCC dan siap melanjutkan kerja sama. Acara ini menandai kolaborasi antara pemangku kepentingan yang lebih luas,” pungkasnya. (*/tim)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini