Keberpihakan pada Kebenaran
foto: islamonline.net

Kebenaran dan kebatilan selamanya tidak akan pernah bisa dipertemukan dan dikompromikan. Setiap orang harus memiliki sikap yang tegas terhadap salah satu dari kedua hal tersebut, berpihak pada kebenaran atau kebatilan. Orang yang berakal tentu akan berpihak pada sebuah kebenaran.

Ada sebuah pelajaran yang bisa kita ambil dari sikap seorang sahabat Rasulullah yaitu Abu Dzar Al Ghifari.

Setelah melihat ajaran yang dibawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebuah kebenaran, maka ia mengajak kaumnya untuk masuk Islam.

Untuk meyakinkan mereka, Adu Dzar membawa kabilahnya menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Melihat kehadiran rombongan tersebut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menyambut mereka dengan menyatakan:

“Suku Ghifar telah diampuni oleh Allah” dan “Suku Aslam telah diberi keselamatan dan kesejahteraan oleh Allah”.

Sedangkan secara khusus kepada Abu Dzar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan:

“Tidak akan pernah diketemukan di kolong langit ini seorang manusia yang sangat benar ucapannya, sangat tajam dan sangat tegas dalam hal mengucapkan kebenaran kecuali Abu Dzar.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan secara khusus tentang Abu Dzar karena dia memiliki prinsip bahwa setiap orang harus berpihak pada kebenaran dan melakukan sesuatu untuk menunjukkan keberpihakan pada kebenaran tersebut…

Dari kisah tersebut bisa kita ambil pelajaran yang sangat berharga bahwa setiap orang yang mengaku beriman harus memiliki keberpihakan yang jelas terhadap sebuah kebenaran yang kini sudah mulai pudar, lentur dan luntur.

Sangat sedikit orang yang tegas berpihak pada kebenaran. Kebanyakan hanya diam membisu.

Memang, keberpihakan tidak akan mengubah takdir Allah Azza wa Jalla. Namun sikap tersebut akan menentukan posisi keberpihakan kita ada di mana di hadapan Allah Azza wa Jalla.

Allah Azza wa Jalla berfirman:

وَقُلْ جَاۤءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ ۖاِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوْقًا

“Dan katakanlah, kebenaran telah datang dan yang batil telah lenyap. Sungguh, yang batil itu pasti lenyap.” (QS. Al Isra’: 81)

ٱلۡحَقُّ مِن رَّبِّكَ فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ ٱلۡمُمۡتَرِينَ ١٤٧

“Kebenaran itu adalah dari Rabb-mu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu.” (QS. Al-Baqarah: 147).

وَقُلِ ٱلۡحَقُّ مِن رَّبِّكُمۡۖ

“Dan katakanlah, kebenaran itu datangnya dari Rabb-mu.” (QS. Al-Kahfi: 29)

ذَٰلِكَ بِأَنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلۡحَقُّ وَأَنَّهُۥ يُحۡيِ ٱلۡمَوۡتَىٰ وَأَنَّهُۥ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرٞ ٦

“Hal itu karena sesungguhnya Allah sajalah yang haq dan sesungguhnya Dialah yang menghidupkan segala yang mati dan sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Hajj: 6)

Al Imam Abu Is-haq Ibrahim bin Musa asy Syathibiy rahimahullah berkata:

العقل إذا لم يكن متبعاً للشرع، لم يبقَ له إلا الهوى والشهوة.

“Akal jika tidak mengikuti syariat maka tidak tersisa baginya selain hawa nafsu dan syahwat.” (Al I’-tisham, jilid 1 hlm. 51).

Rasulullah telah memberikan peringatan kepada kita, di mana pada akhir zaman akan semakin sedikit kebaikan, semakin banyak kebatilan dan kemungkaran, semakin banyak yang menentang kebenaran, dan banyak fitnah yang menyesatkan, fitnah syubhat, keraguan, berpaling dari kebenaran, fitnah syahwat kekuasaan dan condongnya manusia cinta kepada dunia.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

يَأْتِي عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ الصَّابِرُ فِيهِمْ عَلَى دِينِهِ كَالقَابِضِ عَلَى الجَمْرِ

“Akan datang suatu masa, di mana orang yang bersabar berpegang teguh pada agamanya seperti orang yang sedang menggenggam bara api.” (HR. At-Tirmidzi no. 2260, hadis dari Anas bin Malik, lihat Shahiihul Jaami’ ash-Shaghiir no. 8002)

Di dalam situasi dan kondisi bagaimanapun kita dianjurkan untuk tetap istikamah senantiasa berpihak pada kebenaran…

Al-Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah berkata:

‏«الدنيا دارُ عمل، والآخرةُ دار جزاء، فَمَنْ لم يعمل هنا؛ نَدُمَ هناك»

“Dunia ini adalah negeri untuk beramal, sedangkan akhirat adalah negeri balasan, maka siapa yang tidak beramal di sini, dia pasti akan menyesal di sana.” (Az-Zuhd, karya al-Baihaqy, No. 725)

Dunia ini dapat diibaratkan sebagai ladang kehidupan, tanamlah berbagai tanaman kebaikan. Yakinlah, suatu saat nanti kita akan memanen hasilnya berupa pahala kebaikan-kebaikan.

Tetaplah bersyukur dan bersabar atas segala sesuatu yang telah menjadi iradah-Nya, karena sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah mengatur segalanya.

الحياه مثل امواج البحر تعصف ثم تعود هادئه
كما كانت فلا تيأس. فهناك من يدبر الامور

Hidup itu seperti gelombang badai laut, menggempur kemudian kembali tenang. Maka dari itu janganlah putus asa karena Allah Azza wa Jalla sudah mengatur dalam segala urusan. (*/tim)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini