*) Oleh: Prof Agus Purwanto
Telah 41 tahun aku mempunyai nomor anggota Muhammadiyah: 547.243. Kubuat ketika aku menjadi Ketua Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) Cabang Jember, 1981-1982.
Meski aku bukan dari keluarga Muhammadiyah, dan dari lingkungan yang nyaris tidak ada warga Muhammadiyahnya, aku sangat bersemangat aktif di IPM dan Muhammadiyah Cabang maupun Daerah Jember.
Alasannya sangat sederhana: aku merasa cocok di Muhammadiyah.
Maksudnya, Islam yang dipahami dan diamalkan Muhammadiyah lebih cocok denganku.
Ini mirip pilihan alumni SMA kuliah di fakultas X jurusan Y universitas Z.
Contohnya kupilih fisika sejak kelas 2 SMA, dan di awal semester 6 kupilih fisika ITB karena cocok dengan impianku.
Temanku memilih kuliah pertanian, teknik elektro atau mesin, bahkan farmasi atau kedokteran. Baik semua, yang penting dipilih karena kesadaran. Bukan paksaan termasuk dari orang tua
Artinya, ketika aku dan siapa pun menjadi warga dan aktivis Muhammadiyah itu hanya karena kesesuaian.
Lebih sesuai mengekspresikan keislaman di Muhammadiyah dibanding jika di ormas lain.
Sedangkan yang lain bisa jadi lebih pas di ormas lain.
Jadi ber-Muhammadiyah bukan karena pemahaman Islam versi Muhammadiyah yang paling benar
Dengan pemahaman seperti ini aku tidak anti ormas Islam yang lain, bahkan bisa berbagi ide Trensains kepada Allahu Yarham KH Shalahuddin Wahid dari Pesantren Tebuireng asal pendiri NU Hadratusy Syaikh KH Hasyim Asy’ariy.
Maka, berdirilah Pesantren Sains dan SMA Trensains Tebuireng yang diresmikan pada Sabtu, 23 Agustus 2014.
Setelah sebelumnya Trensains berdiri di Sragen dan diresmikan pada Sabtu, 5 Nopember 2013 bertepatan dengan Tahun Baru Hijriyyah 1 Muharram 1435.
Harapanku, ada kemajuan dalam pengembangan sains di lingkungan Muhammadiyah dan NU, sekaligus ada persatuan dan terjadi kerja sama
Bagaimana pun, jika Muhammadiyah dan NU bersatu, selesai separo urusan bangsa Indonesia dan Indonesia dapat melejit menjadi bangsa maju dan modern religius.
Apakah dulu ketika aku mendaftar untuk menjadi warga Muhammadiyah dan mempunyai NBM sadar bahwa Muhammadiyah itu kaya, mempunyai banyak sekolah, universitas dan RS dan untuk mjd pimpinan di AUM tersebut harus mempunyai NBM?
Tidak. Yang kurasakan sebagai ketua IPM waktu itu jika mengadakan pengajian dan mubalignya salah, maka menjadi heboh.
Dan salah satu tanda salah adalah mubalig tidak ber-NBM nomor baku Muhammadiyah. Itu saja.
Tapi sejak mahasiswa mulai tahu bahwa Muhammadiyah itu kaya, bahkan terkaya di dunia.
Mestinya sebagai “elite” aku memimpin ormas ini di tingkat wilayah atau memimpin PTM.
Betul, betul, betul.
Tapi aku belum berkenan menjadi pimpinan harian PWM, sehingga tidak mengisi formulir kesediaan. Juga belum mau menjadi rektor PTM sehingga belum mau dicalonkan.
Padahal jika jadi rektor atau wakil rektor dihormati dan mendapat gaji. Apalagi jika menjabat hingga 3-4 periode, bisa kaya.
Aku belum berminat dan alhamdulillah kader Persyarikatan yang siap menjadi rektor cukup banyak. Hanya kadang ada rektor yang lupa sudah dua periode dan harusnya tidak nyalon lagi
Ini membuktikan bahwa orang Muhammadiyah itu manusia biasa juga. Yang kadang lupa masa jabatan formalnya telah maksimal dan harus berhenti
Gak usah minta perpanjangan dengan alasan apa pun. Minta perpanjangan berarti gak percaya kader yang ada dan ngaku kaderisasi gagal.
Gagal kok minta perpanjangan?
Lha kalau berhasil apa boleh minta perpanjangan? Kalau berhasil ya serahkan kepada kader, gak usah diperpanjang.
Tapi, kader kok gak mau menjadi pimpinan harian atau pimpinan PTM?
Ya, gak masalah, tho?
Pertama, banyak yang mau dan mampu untuk itu. Kedua. yang disebut kader itu bukan hanya kader struktural dan pimpinan AUM.
Banyak bidang yang harus digarap dan diseriusi kader. Termasuk ngurusi Trensains yang di tahun ke-10 ini baru selesai sekitar 55 persen.
Berilah keteladanan kepada warga Persyarikatan, kepada bangsa ini, dengan mematuhi kesepakatan yang telah dibuat bersama. Tidak merusaknya atas nama apa pun.
Selamat milad. (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News