Melihat ke Bawah untuk Perkara Dunia
foto: easystorage.com

*) Oleh: Ferry Is Mirza DM

Sahabatku rahimakumullah, insya Allah di hari Ahad ini sehat wal afiyaa sekeluarga, aamiin.

Sahabatku, sering terbersit di benak kita sebuah tanya, mengapa setiap kali melihat orang yang diberi kelebihan oleh Allah dari sisi materi dada kita menjadi sesak, jiwa kita lelah, ada hasrat untuk memiliki apa yang mereka miliki?

Tak jarang hasrat itu membuat nikmat yang ada dalam genggaman seolah tak ada artinya?

Jawabannya, karena kita lalai dalam mengamalkan wasiat Rasulullah shalallahu alayhi wasallam.

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dan At Tirmidzi dari Sahabat Abu Hurairah radhiallahu anhu, Rasulullah saw bersabda:

“Lihatlah kepada orang yang di bawah kalian dan jangan melihat orang yang lebih di atas kalian. Yang demikian itu (melihat ke bawah) akan membuat kalian tidak meremehkan nikmat Allah yang diberikan-Nya kepada kalian.” (HR. Muslim).

Dalam riwayat lain Rasulullah saw bersabda:

“Apabila salah seorang dari kalian melihat orang yang diberi kelebihan dalam hal harta atau rupa/fisik, maka hendaklah ia melihat orang yang kondisinya lebih di bawah darinya.”

Kedua hadis di atas mengandung pelajaran penting untuk setiap muslim, agar mereka selalu melihat ke bawah dalam perkara dunia.

Karena melihat ke atas hanya akan membuat diri berkeluh kesah, dada menjadi sesak, pikiran menjadi kalut, hati menjadi lelah memikirkan dunia yang seolah berpihak pada orang lain. Dan pada akhirnya diri ini pun lalai mensyukuri karunia Allah yang ada.

Namun bila kita melihat ke bawah, kita akan tahu bahwa ada orang lain yang hidupnya jauh lebih sulit dari kita, sehingga hati terpanggil untuk mensyukuri berbagai karunia itu.

Dalam uraiannya terhadap hadis di atas, Imam Al Mubarakfury rahimahullah menjelaskan:

“Apabila seseorang memandang pada orang yang diberi kelebihan dari sisi materi, maka dia akan menganggap remeh nikmat yang ada pada dirinya. Dan hal itu akan menjadi penyebab kemurkaan Tuhannya.

Namun bila ia melihat ke bawah, dia akan bersyukur, bersikap tawadu, dan memuji Rabbnya atas segala limpahan karunia-Nya.” (Tuhfatul Ahwadzi 7:182)

Ada satu ungkapan menarik dari seorang salaf, Aun bin Abdillah bin Utbah rahimahullah:

“Aku banyak bergaul dengan orang orang kaya, maka aku tidak mendapati orang yang paling banyak obsesinya melebihi diriku.

Aku selalu melihat tunggangan mereka jauh lebih baik dari tungganganku, pakaian mereka jauh yang lebih baik dari pakaianku.

Namun setelah mendengar hadits ini aku memilih bergaul dengan orang orang fakir. Maka akupun merasakan ketenangan dan rehat karena letih mengejar obsesi”.

Sahabat, sudah selayaknya bagi seorang mukmin untuk tidak menolehkan pandangannya kepada ahli dunia, karena hal itu hanya akan menumbuhkan kekaguman yang selalu berakhir dengan jiwa yang lelah..

Allah Ta’ala berfirman :

“Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan di dunia untuk Kami cobai mereka dengannya. Dan karunia Rabbmu adalah lebih baik dan lebih kekal.” (QS. Taha : 131)

Berhentilah menatap dan mengharap kemegahan dunia yang ada pada orang lain, syukuri apa yang ada. Agar kita menjadi hamba yang qanaah. Ingat! Ini bukan soal banyak atau sedikit, tapi murni soal keberkahan.

Poin di atas terkait perkara dunia, adapun dalam perkara agama/akhirat yang berlaku adalah sebaliknya.

Seorang muslim diperintahkan untuk selalu melihat ke atas, kepada orang yang lebih baik darinya dalam dalam hal ketakwaan, amal saleh dan ketaatan lainnya.

Agar semangatnya terpacu untuk terus mempersembahkan amal terbaik di sisa waktu yang ada.

Baarakallahu fiikum. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini