Acara puncak Resepsi Milad ke-111 tahun Persyarikatan Muhammadiyah di UMY, Sabtu (18/11/2023) resmi menandai peralihan usia 1,1 abad organisasi yang didirikan oleh Kiai Haji Ahmad Dahlan.
Mensyukuri Milad ke-111 tahun usia organisasi, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir mengajak warga Muhammadiyah untuk berbenah guna bertransformasi melipatgandakan amal saleh dan khidmat keumatan, kebangsaan, dan kemanusiaan semesta.
“Khusus dalam menghadapi era baru revolusi 4.0 dan 5.0 warga Muhammadiyah jangan menjadi “pemandu sorak”. Jadilah aktor-aktor perubahan yang mengantarkan gerakan Islam ini menjadi Gerakan Berkemajuan di abad kedua,” jelasnya.
Menurut Haedar Nashir, masalah Muhammadiyah masih banyak yang harus dihadapi dan diselesaikan secara serius. Ia mengajak warga Persyarikatan untuk membangkitkan etos jamaah dan warga masyarakat untuk menjadi komunitas yang relijius, bersosial, cerdas, berilmu, dan berdaya dalam berbagai aspek kehidupan.
“Kembangkan kerjasama dan ta’awun antar warga dan jamaah sehingga menjadi insan kolektif yang mau saling berbagi dan peduli. Makmurkan masjid dan Cabang-Ranting sehingga menjadi kekuatan pemandu kehidupan warga. Cerdaskan, cerahkan, dan makmurkan warga di akar rumput menuju masyarakat Berkemajuan. Hidupkan Keluarga Sakinah sebagai pranata penting masyarakat berperadaban utama!” pesannya.
Pada pidato kunci Milad 111 tahun Muhammadiyah, Haedar meminta agar warga dan pimpinan Persyarikatan terus aktif mengaplikasikan ideologi dan pemahaman keagamaan resmi Muhammadiyah lewat pedoman “Risalah Islam Berkemajuan” dalam berbagai bidang kehidupan.
“Para pengemban amanat Muhammadiyah itu jangan sampai sibuk sendiri dan tenggelam dalam lautan aktivitas rutin, seremonial, dan formalitas semata. Jangan kehilangan peluang untuk menggerakkan organisasi secara progresif dan membangun pusat-pusat keunggulan di tengah dinamika persaingan yang tinggi saat ini,”tandasnya.
Haedar mengingatkan, Kyai Dahlan 111 tahun yang lalu berpesan kepada para pemimpin Persyarikatan, agar “menjadi pemimpin kemajuan Islam”. Menjadi pemimpin-pemimpin pergerakan, yang menghidupkan etos kemajuan dan pembaruan Muhammadiyah luar dan dalam. Menjadi para pemimpin penggerak yang berpikiran, bersikap, dan bertindak utama sejalan Risalah Islam Berkemajuan.
Jika etos kemajuan dan tajdid yang menjadi spirit pergerakan Muhammadiyah generasi awal itu kembali diperkuat, Haedar yakin alam pikiran maju Muhammadiyah makin diterima secara luas oleh masyarakat Indonesia dari berbagai lapisan dan golongan sosial.
“Khusus dalam menghadapi era baru revolusi 4.0 dan 5.0 warga Muhammadiyah jangan menjadi “pemandu sorak”. Jadilah aktor-aktor perubahan yang mengantarkan gerakan Islam ini menjadi Gerakan Berkemajuan di abad kedua,” jelasnya.
Jangan sampai warga Muhammadiyah gagap dan tidak siap dalam menghadapi perubahan sosial baru karena para anggota dan pimpinannya masih berpola pikir “disket lama”. Padahal organisasinya berpredikat modern-berkemajuan. (*/tim)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News