*) Oleh: Ferry Is Mirza DM
Manusia sebagai makhluk Allah Wa Ta’ala memiliki kewajiban untuk mengabdi hanya kepada-Nya. Allah Wa Ta’ala berfirman:
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56)
Inilah alasan utama kita bisa ada dan hidup di muka bumi, untuk beribadah hanya kepada Allah Wa Ta’ala.
Sehingga ketika terjadi penyimpangan dari hakikat penciptaan ini, Allah Wa Ta’ala mengutus para rasul untuk memberi peringatan agar manusia kembali kepada jalan tauhid.
Allah Wa Ta’ala berfirman:
“Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan.” (QS. Al-Baqarah: 213)
“Manusia dahulunya berada di atas ajaran Adam ‘alaihissalam, sampai zaman mereka menyembah berhala. Sehingga Allah mengutus Nuh ‘alaihissalam kepada mereka, dan beliau adalah rasul pertama yang Allah utus di muka bumi.” (Ibnu Katsir:1/569)
Tauhid juga merupakan esensi dakwah para rasul, sebagaimana Allah Wa Ta’ala jelaskan dalam firman-Nya:
“Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut (sesembahan selain Allah.” (QS. An-Nahl: 36)
Allah Wa Ta’ala juga berfirman:
“Ketika para rasul datang kepada mereka dari depan dan belakang mereka (dengan menyerukan): Janganlah kamu menyembah selain Allah.” (QS. Fusshilat: 14)
Tauhid inilah yang akan menjadi kunci untuk memasuki surga, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alayhi wasallam:
“Siapa yang meninggal dan dia mengilmui bahwa tiada yang berhak disembah melainkan Allah, dia masuk surga.” (HR. Muslim no. 43)
Jika tauhid adalah tujuan manusia diciptakan dan siapa yang merealisasikan hal tersebut akan masuk surga, maka sebaliknya dengan kesyirikan yang notabenenya adalah lawan dari tauhid.
Allah Wa Ta’ala menyebut kesyirikan sebagai kezaliman yang sangat besar saat Allah Wa Ta’ala mengisahkan nasihat Lukman kepada anaknya:
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar,” (QS. Luqman: 13)
Bahkan, Allah Wa Ta’ala menegaskan jika dosa syirik merupakan dosa yang akan menggugurkan amal kebaikan dan tidak akan diampuni jika seseorang mati di atas kesyirikan.
Allah Wa Ta’ala berfirman:
“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan terhapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.”(QS. Az-Zumar: 65)
Allah Wa Ta’ala juga berfirman:
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendak-iNya.
Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An-Nisa’: 48)
Jangan Merasa Sudah Aman dari Syirik
Sebuah pelajaran yang pantas untuk direnungi, saat Allah Wa Ta’ala mengisahkan doa yang terucap dari lisan Nabi Ibrahim alaihissalam di dalam Alquran:
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala.” (QS. Ibrahim: 35)
Lihatlah bagaimana seorang nabi, yang Allah angkat menjadi khalil (kekasih)Nya, pembawa dan pembela ajaran tauhid, berkorban jiwa dan raga untuk menyebarkan dakwah tauhid, agar manusia hanya menyembah Allah Wa Ta’ala dan meninggalkan sesembahan selain Allah Wa Ta’ala, sampai kaum beliau tega mencampakkan beliau ke dalam api.
Sudah tidak diragukan lagi prinsip beliau dalam mentauhidkan Allah Wa Ta’ala, namun beliau tetap tidak merasa aman dari perbuatan syirik, takut kalau beliau dan keturunan beliau terjatuh dalam kesyirikan, beliau meminta perlindungan kepada Allah Wa Ta’ala :
Jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala.
Ketika kita mendengar ataupun membaca ayat tersebut, mungkinkah kita masih berani untuk menjamin diri dan keturunan kita untuk tidak terjatuh ke dalam kesyirikan?
Doa Perlindungan dari Kesyirikan
Syirik itu sangat halus yang sangat memungkinkan menimpa seorang hamba tanpa ia sadari, oleh karenanya Rasulullah shallallahu alami wasallim mengajarkan sebuah doa kepada Abu Bakar agar selalu dilindungi dari kesyirikan, beliau shalallahu alaihi wasallim bersabda:
“Demi Dzat yang jiwaku berada ditangan-Nya, sungguh kesyirikan lebih tidak tampak dibanding seekor semut di atas sebuah batu yang licin.
Ketahuilah, aku akan mengajarkanmu sebuah doa, jika kamu membacanya, segala bentuk kesyirikan baik sedikit maupun banyak akan hilang darimu.”
Ucapkanlah: “Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari perbuatan syirik yang aku ketahui, dan aku meminta ampun kepadaMu dari perbuatan syirik yang tidak aku ketahui.”
(HR. Bukhari dalam kitab Adabul Mufrad no. 716)
Di samping juga memperbanyak doa yang pernah diucapkan oleh nabi Ibrahim alaihissalam:
“Jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala.”
Semoga Allah Wa Ta’ala melindungi kita, keluarga serta keturunan dari perbuatan syirik, dan kita memohon kepada Allah Wa Ta’ala untuk menutup hidup kita di atas tauhid. (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News