Beda Amal Usaha dengan Badan Usaha Milik Muhammadiyah

Aspek ekonomi dipakai sebagai pilar ketiga kekuatan dakwah Muhammadiyah. Hal itu diputuskan dalam Muktamar ke-47 Muhammadiyah di Makassar tahun 2015.

Berangkat dari keputusan itu, Muhammadiyah mulai mulai fokus membangun kekuatan ekonomi umat secara tersistem.

Bermacam aspek untuk mendukung terwujudnya Closed Loop Economy Muhammadiyah pun dibentuk.

Semisal, Jaringan Saudagar Muhammadiyah (JSM), Baitut Tamwil, hingga Badan Usaha Milik Muhammadiyah (BUMM).

Menurut Bendahara Majelis Ekonomi Bisnis dan Pariwisata (MEBP) Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Syauqi Soeratno, BUMM memiliki konsep yang berbeda dengan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM).

“Jika AUM didirikan murni sebagai khidmat sosial, maka BUMM dimaksudkan murni untuk menjalankan bisnis mencari laba yang dikelola bersama dengan Persyarikatan,” katanya dalam Muhammadiyah Jogja Expo (MJE) ke-3 di Jogja Expo Center, Sabtu (25/11/2023)..

Siapa pun, imbuh Syauqi, dapat mengajukan usaha yang dimilikinya untuk masuk menjadi BUMM.

Syaratnya, badan usaha yang dimiliki sudah berbentuk Perseroan Terbatas (PT) dan pembagian saham dilakukan 50 persen+1 atas nama Persyarikatan Muhammadiyah.

“BUMM adalah entitas PT-PT. Jadi kalau bukan PT tidak bisa menjadi BUMM. Dan PT yang sahamnya 50 persen plus 1 milik Muhammadiyah,” jelas dia.

“Kalau AUM, sejak awal dan sampai akhir zaman tujuannya, dananya, semuanya 200 persen untuk sosial keagamaan. Tapi kalau BUMM, karena ada kemungkinan pemegang sahamnya tidak hanya Persyarikatan, ketika ada pembagian deviden, boleh saja keuntungannya dibagi untuk mereka yang menanam saham,” terang Syauqi.

Pendirian BUMM, kata dia, dapat dilakukan oleh perorangan maupun Pimpinan Muhammadiyah di berbagai tingkatan. Pedoman BUMM kata dia juga telah diatur dan disosialisasikan sejak 2017.

“Jadi sekarang Persyarikatan punya entitas bisnis. Memang tujuannya untuk mencari keuntungan dengan logika bisnis murni. Bedanya, keuntungannya tidak untuk sendiri-sendiri, tapi kembali ke Persyarikatan untuk kegiatan sosial dan keagamaan,” jabar Syauqi.

Semua upaya penguatan ekonomi di atas, kata Syauqi, adalah ikhtiar Muhammadiyah membangun kemandirian dan kekuatan ekonomi umat.

Menurut dia, Muhammadiyah berharap suatu hari tercipta Muhammadiyah Closed Loop Economy, bagaimana sistem ekonomi di Muhammadiyah dapat saling menghidupi dan memberi manfaat di internal Muhammadiyah.

“Kalau ini kuat, kita tarik ke luar agar bangsa ini juga mendapat manfaat dari Muhammadiyah,” pungkasnya. (afn/tim)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini