Setelah menjalani sidang-sidang komisi, Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Lazismu 2024 menghasilkan beberapa putusan.
Ketua Badan Pengurus Lazismu Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Ahmad Imam Mujadid Rais menyampaikan hal itu pada sesi “Wrap Up” yang terdiri dari review atas sidang komisi di Asrama Haji Kota Palembang, Sabtu (25/11/2023).
Dari sisi digitalisasi, Rais menekankan pentingnya Lazismu untuk lebih meningkatkan kapasitas dalam ranah tersebut.
Menurutnya, Lazismu harus merebut peluang dalam ranah digital dan memperkuat beberapa hal seperti gagasan, fundraising, dan narasi.
“Saya kira penting kita menyebarluaskan gagasan-gagasan Islam berkemajuan tentang praktik baik Lazismu yang telah dicapai, sehingga harapannya bisa memunculkan branding buat Lazismu, ada trust juga buat Lazismu, dan juga bisa meningkatkan penghimpunan,” ujarnya.
Lebih lanjut, Rais menambahkan bahwa monitoring, evaluasi, dan pembelajaran juga menjadi penting sebagai bagian dari gerakan ilmu. Gerakan ilmu berarti belajar dari praktik baik yang dilakukan sejak mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
“Kita melihat apakah program kita itu berdampak atau tidak, apakah kita menjawab permasalahan di lapangan atau tidak, atau hanya menjalani rutinitas dan menggugurkan kewajiban semata,” tegasnya.
Rais kemudian menyinggung bahwa tantangan yang dihadapi di era disrupsi ini telah berubah. Inovasi di berbagai bidang pun harus dilakukan, mulai dari penghimpunan, pendayagunaan, program, hingga tata kelola. Jika tidak, maka Lazismu akan ditinggalkan.
“Ada tantangan-tantangan era kontemporer yang mungkin kita harus bisa jawab dari sisi inovasi di bidang digital, program, dan seterusnya sehingga semua secara komprehensif bisa mempercepat atau mencapai tujuan Lazismu,” imbuhnya.
Terkait kelembagaan, Lazismu akan melakukan program pendampingan berbasis kawasan. Ini merupakan upaya untuk memajukan Lazismu secara bersama-sama dengan menggerakkan Lazismu yang telah maju, baik tingkat wilayah maupun daerah. Pendampingan ini pun akan mendorong Lazismu yang belum maju untuk lebih meningkatkan kapasitasnya.
“Kita rencanakan ada program pendampingan atau kawasan sehingga harapannya wilayah-wilayah yang maju secara kapasitas, penghimpunan, dan seterusnya bisa saling berbagi dengan teman-teman di wilayah lain,” katanya.
“Nanti kita siapkan desainnya, konsepnya, kita minta kesediaan keikhlasan wilayah-wilayah yang sudah maju atau daerah-daerah yang sudah maju untuk bisa saling berbagi. Kita adakan pelatihan di satu wilayah, misalkan Indonesia Timur, atau di Indonesia Kawasan Barata, atau Tengah, satu sampai tiga hari misalkan. Dan itu semua bisa terkumpul bersama-sama di sana,” imbuh Rais.
Selain menentukan berbagai target capaian, ada enam output dari pelaksanaan Rakernas kali ini.
Pertama, rumusan definisi inovasi sosial berbasis pengembangan kawasan untuk pencapaian SDGs melalui enam pilar Lazismu.
Kedua, penetapan lokasi piloting kawasan inovasi sosial di setiap wilayah. Ketiga, kenaikan target penghimpunan ZISKA Lazismu sebesar 20 persen dari tahun sebelumnya.
Keempat, kenaikan jumlah amil bersertifikat secara nasional. Kelima, kenaikan jumlah kantor wilayah pembantu tingkat kabupaten/kota.
Terakhir, keikutsertaan audit keuangan oleh Kantor Akuntan Publik di setiap kantor perwakilan dan kantor wilayah pembantu. (rpd/tim)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News