Dalam acara Anugerah Fachrodin Award 2023 pada Selasa (28/11/2023) di Jakarta, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti mengatakan bahwa Fachrodin merupakan merupakan figur unik dan menarik. Ia merupakan tokoh Muhammadiyah dan nasional yang bergerak dalam ranah literasi dan jurnalistik. Tidak banyak tokoh pada waktu itu yang ingin bergelut di dunia aksara dan informasi.
Mu’ti menyoroti fakta menarik bahwa Fachrodin tidak memiliki pendidikan formal. Dalam setiap kesempatan ditanya darimana sumber belajarnya, Fachrodin dengan tegas menjawab bahwa ia belajar di bawah pohon. Media menjadi alat perjuangannya, sebuah perjuangan yang sukses membawanya menjadi Pahlawan Nasional pada tahun 1960-an.
“Dalam konteks inilah arti penulisan menjadi penting dalam dakwah dan perjuangan umat Islam sehingga Fachrodin kadang disebut sebagai Kiai Revolusioner. Dia pernah menggerakkan para petani untuk memberontak melawan Belanda,” jelas Mu’ti.
Mu’ti menekankan bahwa tradisi menulis adalah bagian integral dari Muhammadiyah, mengacu pada ajaran Rasulullah Saw yang menginstruksikan para Sahabat untuk menulis setiap wahyu yang diterima.
“Orang menulis bukan sekadar menuangkan gagasan, tetapi juga bagian dari upaya perjuangan untuk memberikan pencerahan,” tambahnya.
Sebagai inspirasi dari kisah Fachrodin, Mu’ti menyampaikan empat usulan yang relevan dengan konteks saat ini. Pertama, literasi digital. Muhammadiyah diharapkan menjadi pionir dalam membangun kesadaran akan literasi digital, memberikan pelatihan, dan memastikan bahwa anggota masyarakatnya memiliki keterampilan yang cukup untuk berpartisipasi dalam dunia digital.
Kedua, budaya digital. Dalam era digital ini, di mana pesan dan informasi dapat dengan mudah disampaikan melalui berbagai platform online, Muhammadiyah diundang untuk mendorong anggotanya agar aktif menulis dan berbagi pemikiran, ide, dan pandangan mereka.
Ketiga, industri digital. Seiring pergeseran minat pembaca dari koran konvensional ke platform digital, Muhammadiyah diharapkan dapat mengedaptasi kontennya untuk memenuhi kebutuhan pembaca modern. Dengan mengoptimalkan kehadirannya dalam ruang digital, Muhammadiyah dapat memperluas dampaknya dan menjangkau audiens yang lebih luas.
Keempat, dakwah digital. Dalam dunia digital yang berkembang pesat ini, Muhammadiyah dapat menggunakan platform online untuk menyampaikan pesan-pesan Islam yang relevan, mendidik masyarakat tentang ajaran Islam, dan memberikan pandangan positif tentang nilai-nilai kemanusiaan.
“Kalau keempat hal ini bisa kita lakukan secara bersama-sama, saya kira banyak hal yang bisa kita lakukan. Karena itu, Fachrodin Award yang berusaha mengangkat kekayaan yang dimiliki Muhammadiyah yang selama ini mungkin tidak terjangkau publikasi besar, bisa diangkat dengan jurnalisme publik,” ucap Mu’ti.
Melalui empat usulan ini, Mu’ti berharap Muhammadiyah tidak hanya melanjutkan warisan literasi dan jurnalistik yang telah dibangun oleh Fachrodin, tetapi juga beradaptasi dengan dinamika zaman, menjadikan literasi digital, budaya digital, industri digital, dan dakwah digital sebagai pilar-pilar penting dalam perjalanan Muhammadiyah di abad ke-21. (*/tim)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News