Perilaku bullying atau perundungan mendapat sorotan khusus dalam Alquran. Dalam Pengajian Tarjih, Rabu (30/11/2023), Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Muchammd Ichsan menegaskan bahwa perundungan merupakan perilaku yang terlarang dalam Islam.
Ia kemudian mengurutkan istilah-istilah bullying dalam Alquran lengkap dengan solusinya. Pertama, dalam QS. Huud ayat 38, istilah “sukhriyah” atau ejekan, yang menggambarkan perlakuan yang merendahkan terhadap Nabi Nuh.
Saat Nabi Nuh sedang membangun bahtera, pemimpin kaumnya merespon dengan ejekan. Sang Nabi menanggapi dengan tegas, menyampaikan bahwa ejekan mereka akan dibalas dengan ejekan yang setara.
Ini menunjukkan bahwa tindakan ejekan tidak hanya merugikan secara emosional, tetapi juga dapat merusak hubungan sosial.
Juga, dalam QS. Al Hujurat ayat 11, Allah memberikan peringatan kepada orang-orang beriman untuk tidak mengolok-olok atau merendahkan kelompok lain.
Pesan ini mengajarkan bahwa setiap individu dan kelompok memiliki nilai dan martabatnya sendiri, dan merendahkan orang lain berpotensi menciptakan konflik yang tidak perlu.
Kedua, dalam QS. Al Muthaffifin ayat 29-32, Al-Quran menjelaskan tindakan seperti tertawa dengan mencemooh (dhahik), mengedipkan mata (taghamuz), dan menuduh tanpa dasar (ittiham).
Tindakan ini diarahkan kepada orang-orang beriman oleh orang-orang yang berdosa. Ini menunjukkan bahwa tindakan menyindir dan meremehkan dapat menyebabkan kegembiraan semu di kalangan pelaku, tetapi pada akhirnya, itu akan menimbulkan kekecewaan.
Ketiga, istihzak atau memperolok-olok dan huzuww atau bahan olokan, digambarkan dalam QS. Yasin ayat 30 dan QS. Al-Anbiya’ ayat 36. Tindakan ini muncul saat rasul-rasul dikirim kepada kaum yang mendustakan.
Reaksi mereka yang memperolok-olok rasul-rasul itu mencerminkan tingkat ketidakmengertian dan ketidaktaatan terhadap ajaran Allah SWT.
Keempat, idhak atau menyakiti, yang disebutkan dalam QS. Al-Ahzab ayat 57-58, menegaskan bahwa menyakiti Allah dan Rasul-Nya akan berujung pada laknat di dunia dan akhirat. Bahkan, menyakiti orang-orang mukmin tanpa alasan yang jelas merupakan dosa besar yang akan menghadapi akibat yang menghina.
Solusi Alquran atas Kasus Bullying
Dalam menghadapi tantangan bullying, Ichsan mengatakan bahwa Alquran menawarkan solusi penuh hikmah.
QS. An-Nahl ayat 127 menunjukkan bahwa kesabaran adalah kunci utama. Allah memerintahkan Nabi Muhammad untuk bersabar dan menegaskan bahwa kesabaran sejati hanya datang dari pertolongan Allah.
Pesan ini mengajarkan bahwa dalam menghadapi ejekan dan kekufuran, kesabaran yang dilandasi keyakinan kepada Allah adalah pondasi utama.
Dalam Ali Imran ayat 104, Alquran memberikan petunjuk tentang pentingnya berdiri teguh di jalur kebenaran. Individu dianjurkan untuk menjadi pelopor kebajikan, mendorong yang baik, dan mencegah yang buruk.
Ini menunjukkan bahwa melawan bullying bukanlah hanya tanggung jawab individu yang menjadi korban, tetapi juga tanggung jawab seluruh masyarakat untuk mempromosikan nilai-nilai kebaikan dan keadilan.
Selanjutnya, Al-‘Ashr ayat 3 menegaskan bahwa keberhasilan dalam menghadapi bullying datang dari iman dan amal perbuatan yang baik.
Masyarakat yang dibangun di atas iman dan amal kebajikan adalah yang mampu saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.
Hal ini menggarisbawahi pentingnya menjaga keseimbangan antara membangun kebajikan dan bersikap sabar dalam menghadapi rintangan.
Alquran memberikan landasan moral yang kuat untuk menghadapi bullying. Kesabaran, keberanian dalam menyuarakan kebenaran, dan saling mendukung antarindividu dan masyarakat menjadi kunci sukses dalam mengatasi dampak negatif dari perilaku bullying.
Dalam memahami dan menerapkan ajaran-ajaran Alquran ini, kita dapat bersama-sama menciptakan lingkungan yang lebih aman, penuh dengan kasih sayang, dan terbebas dari tindakan bullying yang merugikan. (*/tim)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News