UIN Syarif Hidayatullah Kukuhkan Prof Sudarnoto Abdul Hakim Jadi Guru Besar
Sudarnoto Abdul Hakim. foto:ist

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada hari ini, merayakan momen bersejarah dengan pengukuhan Prof. Dr. Sudarnoto Abdul Hakim, M.A. sebagai Guru Besar bidang Ilmu Sejarah Kebudayaan Islam.

Acara tersebut diselenggarakan di di Auditorium Harun Nasution, Rabu (29/11/2023). Dihadiri oleh para dosen, mahasiswa, serta tamu undangan.

Prof. Sudarnoto Abdul Hakim yang juga merupakan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional, memberikan orasi ilmiahnya dengan judul “Krisis Global: Kajian Sejarah dan Karakteristik Islamofobia”.

Orasi ini menggambarkan perjalanan sejarah dan karakteristik dari fenomena Islamofobia yang tengah menjadi perhatian dunia.

Dalam orasinya, Sudarnoto menguraikan dampak dari krisis global terhadap persepsi terhadap Islam dan muslim.

Sudarnoto menyoroti bagaimana stereotip dan prasangka terhadap umat Islam dapat memperburuk situasi krisis yang tengah dihadapi dunia saat ini.

Wakil Ketua Lembaga Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional PP Muhammadiyah tersebut juga mengajak para hadirin untuk lebih memahami kajian sejarah dan akar permasalahan Islamofobia guna merumuskan solusi yang efektif dalam menghadapi tantangan global tersebut.

Selain itu, beliau menekankan pentingnya dialog antarbudaya dan toleransi sebagai kunci untuk meredam ketegangan dan membangun perdamaian dunia.

Islamofobia bukanlah hal baru, melainkan telah ada sejak era Rasul Muhammad. Fenomena ini terus berkembang seiring waktu, menunjukkan kompleksitasnya yang dipengaruhi oleh dinamika dan faktor-faktor eksternal.

Pada abad klasik Islam, islamofobia lebih banyak dipicu oleh para tokoh dan penganut Pagan yang merasa terganggu secara keagamaan dan sosial politik oleh kehadiran Islam.

Dalam konteks abad pertengahan, saat Islam telah berkembang di berbagai wilayah, islamofobia mengalami transformasi menjadi lembaga besar yang didukung oleh negara.

Pengaruhnya pun menjadi sistemik, memperkuat sentimen anti-Islam dan umat Islam. Sudarnoto juga menggarisbawahi peran orientalisme dalam memperkuat islamofobia, bukan hanya sebagai sistem ilmu pengetahuan tetapi juga sebagai ideologi politik yang melegitimasi imperialisme Barat atas Timur.

Mengarah ke era modern, Sudarnoto menyatakan bahwa islamofobia masih mencerminkan semangat imperialisme Barat, mendapatkan legitimasi teologis dari kelompok agama ultranasionalis.

Dalam konteks ini, islamofobia memperlihatkan bentuk supremasi dan majoritisme, bahkan melibatkan kelompok agama tertentu di beberapa negara.

Pada akhir pidatonya, Sudarnoto merangkum temuannya dengan menyebut ada lima tipologi islamofobia yang berkembang di berbagai wilayah dunia, yaitu cultural islamophobia, humanitarian islamophobia, religious islamophobia, political islamophobia, dan genocidal islamophobia.

Melalui integrasi keilmuan antara sejarah dan budaya politik, beliau berharap temuannya dapat memberikan kontribusi pada penelitian lebih lanjut tentang islamofobia dan menjadi pertimbangan bagi pengambil kebijakan dan masyarakat dalam menanggulangi islamofobia yang semakin meningkat di era ini.

Ketua Senat Prof. Dr. Dede Rosyada MA dalam prosesi Sidang Senat Terbuka Pengukuhan Guru Besar UIN Jakarta. Selain penyampaian orasi ilmiah, prosesi sidang senat ditandai pembacaan Surat Keputusan Menteri Agama maupun Mendikbud Ristek tentang penetapan guru besar.

Acara pengukuhan Guru Besar ini juga menjadi momentum untuk merayakan pencapaian dan dedikasi Sudarnoto Abdul Hakim dalam dunia akademis. (*/tim)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini