Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim siap memproduksi buku-buku agama. Hal itu dilakukan agar dakwah Muhammadiyah semakin luas, menarik, dan bernilai.
“Kami bekerja sama dengan penerbit Media Edukasi Creative,” kata Dr. Slamet Muliono Redjosari, Wakil Ketua Majelis Tabligh PWM Jatim di sela acara Creative Writing Workshop for Mubaligh Muhammadiyah di Hotel Kapal Garden, Malang yang berlangsung Sabtu-Minggu (2-3/12/2023).
Slamet menuturkan, divisi dakwah digital sudah mengumpulkan naskah-naskah yang siap diterbitkan. Beberapa naskah di antaranya sedang dalam pengurusan ISBN (International Standard Book Number) dan e-ISBN.
Naskah-naskah tersebut merupakan tulisan para mubaligh Muhammadiyah yang telah diseleksi atau telah melalui proses kurasi.
Dia menegaskan, penulisan adalah salah satu program mejelis tabligh. Hal ini dilakukan untuk lebih mewadahi dan mendorong para mubaligh Muhammadiyah untuk gemar menulis.
“Kami ingin memperkuat ekosistem penulisan dan penerbitan buku harus dibangun,” tutur Slamet.
Kata Slamet, buku adalah jendela dunia dan tulang punggung pengetahuan. Perlu disadari bahwa negeri ini butuh ketersediaan buku-buku sebagai penguatan backbone dan jendela sebagai arah pembangunan bangsa.
Dia menambahkan, sekarang saatnya yang tepat untuk mengumpulkan narasi yang sudah ditulis untuk diterbitkan dalam bentuk buku.
“Era sekarang, buku tidak lagi berbentuk fisik (paper). Seiring perkembangan teknologi dan zaman, sekarang makin marah buku elektronik (e-book),” tegas dosen UIN Surabaya ini.
Sebelumnya, Supolo Setyo Widodo, owner Penerbit Media Edukasi Creative, menjelaskan banyak hal tentang mekanisme penerbitan dan bentuk kerja samanya.
“Saya merasa senang, bangga sekaligus grogi bisa berada di sini,” ucap dia saat berbicara di hadapan puluhan peserta Creative Writing Workshop for Mubaligh Muhammadiyah.
Supolo membeberkan, saat ini Pemerintah Pusat mendorong program literasi. Salah satunya dilakukan dengan perluasan akses digital perpustakaan sebagai sumber informasi yang terpercaya.
“Sekarang ini makin tumbuh ruang baca digital. Orang bisa mengakses buku dengan mudah. Di mal, di objek wisata, di kendaraan umum, dan lainnya,” ujar dia.
Penyediaan ruang baca itu, kata dia, tentu butuh konten. Karena itu, pemerintah membuka seluas-luasnya kepada penulis untuk membuat karya yang bisa dinikmati masyarakat secara luas.
Karenanya, Supolo mendorong para mubaligh untuk aktif dalam melahirkan produk jurnalistik.
Dia mengungkapkan, saat ini dibutuhkan ribuan buku untuk mengisi perpustakaan digital yang makin menjamur.
“Tulisan tentang agama bisa menjadi konten buku digital yang sedang dibutuhkan,” jelas Wakil Ketua Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) Jawa Timur. ini. (ded)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News