*) Oleh: Sigit Subiantoro
Anggota Majelis Tabligh PDM Kabupaten Kediri
Ingatlah, membandingkan gaji adalah sumber ketidakbahagiaan.
Iya, karena dengan sering membanding-bandingkan, kita akan sulit bersyukur. Coba perhatikan hadis berikut ini.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
انْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ
“Pandanglah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta dan dunia) dan janganlah engkau pandang orang yang berada di atasmu (dalam masalah ini).
Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah padamu.” (HR Muslim, no. 2963)
Sifat yang dimaksudkan dalam hadis di atas adalah qana’ah.
Apa itu Qana’ah?
Qana’ah berasal dari kata qani’a, yaqna’u, qunuu’an, qana’atan, berarti rida (nerimo), yaitu
“ar-ridhaa’ bil yasiir minal ‘athoo’, rida dengan pemberian yang sedikit.”
As-Suyuthi dalam Mu’jam Maqalid Al-‘Ulum mengatakan:
“Qana’ah itu rida dengan yang sedikit (kurang dari cukup, tidak bergaya dengan sesuatu yang memang tidak ada, dan merasa cukup dengan yang ada.” (Sumber: https://ar.islamway.net/article/29095/معنى-القناعة-لغة-واصطلاحا)
Ibnus Sunni berkata:
القناعة الرضا بالقسم
“Qana’ah adalah ar-ridhaa bil qismi, rida dengan pembagian.”
Al-Munawi berkata:
القناعة الإقتصار على الكفاف
“Qana’ah adalah al-iqtishaar ‘alal kafaaf, merasa cukup dengan yang sedikit.” (Diambil dari Mawsu’ah Nadhrah An-Na’iim, 8:3167-3168)
Jangan banding-bandingkan gaji kita dengan orang lain. Nantinya, kita akan lupa untuk bersyukur.
Semoga bermanfaat. (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News