Sibuk Dalam Ketaatan, Bukan Kesia-siaan
foto: aboutislam.net
UM Surabaya

Waktu bagaikan pedang. Imam Asy Syafi’i rahimahullah pernah mengatakan:

صحبت الصوفية فلم أستفد منهم سوى حرفين أحدهما قولهم الوقت سيف فإن لم تقطعه قطعك

“Aku pernah bersama dengan orang-orang sufi. Aku tidaklah mendapatkan pelajaran darinya selain dua hal.

Pertama, dia mengatakan bahwa waktu bagaikan pedang. Jika kamu tidak memotongnya (memanfaatkannya), maka dia akan memotongmu.”

Jika tidak tersibukkan dengan kebaikan, pasti akan terjatuh pada perkara yang sia-sia. Lanjutan dari perkataan Imam Asy Syafi’i di atas, “Kemudian orang sufi tersebut menyebutkan perkataan lain:

ونفسك إن أشغلتها بالحق وإلا اشتغلتك بالباطل

“Jika dirimu tidak tersibukkan dengan hal-hal yang baik (haq), pasti akan tersibukkan dengan hal-hal yang sia-sia (batil).”

(Al Jawabul Kafi, 109, Darul Kutub Al ‘Ilmiyah)

Waktu berlalu begitu cepatnya. Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Waktu manusia adalah umurnya yang sebenarnya.

Waktu tersebut adalah waktu yang dimanfaatkan untuk mendapatkan kehidupan yang abadi, penuh kenikmatan dan terbebas dari kesempitan dan azab yang pedih. Ketahuilah bahwa berlalunya waktu lebih cepat dari berjalannya awan (mendung).

Barang siapa yang waktunya hanya untuk ketaatan dan beribadah pada Allah, maka itulah waktu dan umurnya yang sebenarnya.

Selain itu tidak dinilai sebagai kehidupannya, namun hanya teranggap seperti kehidupan binatang ternak.” Sesungguhnya kematian lebih layak bagi orang yang menyia-nyiakan waktu.

Lalu Ibnul Qayyim mengatakan perkataan selanjutnya yang sangat menyentuh qalbu.

“Jika waktu hanya dihabiskan untuk hal-hal yang membuat lalai, untuk sekadar menghamburkan syahwat (hawa nafsu), berangan-angan yang batil, hanya dihabiskan dengan banyak tidur dan digunakan dalam kebatilan (kesia-siaan), maka sungguh kematian lebih layak bagi dirinya.” (Al Jawabul Kafi, 109, Darul Kutub Al ‘Ilmiyah)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَر رَضِيَ الله عَنْهُمَا قَالَ : أَخَذَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمَنْكِبِي فَقَالَ: كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيْبٌ أَوْ عَابِرُسَبِيْلٍ وَكاَنَ ابْنُ عُمَرُ يَقُوْلُ إِذَا أَمْسَيْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الْمَسَاءَ وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ وَ مِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ رواه البخاري.

“Dari Abdullah bin Umar ia berkata: “Rasulullah Saw memegang kedua pundakku seraya bersabda, ‘Jadilah kamu di dunia ini seakan-akan kamu orang asing atau orang yang melewati suatu jalan.’ Ibnu Umar berkata.”

Apabila kamu berada di sore hari janganlah kamu menunggu (melakukan sesuatu) hingga pagi hari (datang).

Apabila kamu berada di pagi hari janganlah menunggu (melakukan sesuatu) hingga sore (datang). Gunakan waktu sehatmu untuk menghadapi sakitmu, dan waktu hidupmu untuk menghadapi matimu.” (HR. Bukhari)

Hadis tersebut menjelaskan tentang pentingnya waktu. Bahwa kita disuruh bersikap seperti orang asing atau orang yang melewati suatu jalan.

Ada juga yang mengartikan orang yang menyeberang jalan. Dengan demikian kita harus menyadari bahwa kesempatan hidup di dunia ini hanya sebentar, seperti orang yang singgah ketika dalam perjalanan.

Tidaklah mungkin orang yang sedang menyeberang jalan, bersantai di tengah jalan sedang ia belum sampai seberang.

Tidaklah mungkin orang yang sedang singgah di perjalanan akan asyik bersantai sedangkan perjalanan belum belum sampai pada tujuan.

Jika kita menginginkan tempat abadi yang memuaskan kelak, maka mestinya kita menyiapkan bekal kita, menggunakan waktu di perjalanan kita ini sebaik-baiknya.

Jangan lengah ketika dalam perjalanan agar kendaraan kita tidak salah arah. Hendaknya kita gunakan waktu kita dengan berbagai hal yang berguna yang tidak menyalahi aturan agama kita.

Janganlah membuang waktu percuma dengan hal-hal yang dapat mengotori rohani kita, yang dapat membuat kita menyesal kemudian,

إِذَا أَمْسَيْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الْمَسَاءَ

“Jika engkau berada di sore hari janganlah menunggu (melakukan sesuatu) hingga pagi, dan jika engkau berada pada pagi hari, janganlah menunggu (melakukan sesuatu) hingga sore hari.“

Betapa banyak manusia menunda melakukan sesuatu (yang berguna) atau pekerjaannya atau kewajibannya pada waktu tertentu.

Mereka terbiasa menundanya sampai mereka mau melakukannya. Mereka merasa masih banyak waktu untuk bisa melakukannya. Inilah cara yang salah menyikapi waktu yang banyak menjangkiti manusia.

Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

عن ابن عباس رضي الله عنه قال: قال رسول الله ص م: إغتنمْ خمْسًا قبْلَ خَمْس: شَبابَكَ قبْا هَرَمكَ, وَصحتَكَ قبْلَ سقَمكَ, وَفرَاغكَ قبْلَ شُغْلكَ, وَغنَاك قبْلَ فَقْركَ, وَحيَاتَكَ قَبْل مَوْتكَ . روه الحاكم والبيهقي

“Dari Ibnu Abbas r.a. berkata, Rasulullah Saw bersabda: “Manfaatkan lima keadaan sebelum datang lima: masa mudamu sebelum masa tuamu, masa sehatmu sebelum masa sakitmu, masa sempatmu sebelum masa sempitmu, masa kayamu sebelum datangnya fakirmu, dan masa hidupmu sebelum datangnya matimu.” (HR. Al Hakim dan Al Baihaki)

Pada hadis tersebut dijelaskan, bahwa kita harus mewaspadai lima hal, yaitu: masa muda, masa sehat, masa sempat, masa kaya, dan masa hidup.

Semua hal tersebut merupakan modal utama setiap manusia untuk mencapai keberhasilan dunia-akhirat. (*/tim)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini