Kiai Tafsir Beber Rahasia Bahagia dalam Ajaran Islam
Kiai Tafsir mengisi Pengajian Bulanan Karyawan Kantor PP Muhammadiyah di Cik Di Tiro, Yogyakarta. foto: ist
UM Surabaya

Pada dasarnya, Islam merupakan agama yang senantiasa mendatangkan kebahagiaan. Dalam tradisi fikih, seorang muslim yang telah baligh dan memiliki akal sehat disebut mukallaf atau orang yang terbebani hukum. Namun beban hukum tersebut tidak pernah melebihi kemampuan seseorang.

Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah Kiai Tafsir mengatakan, jika jiwa seorang muslim tidak merasakan kebahagiaan, maka ada dua kemungkinan.

Pertama, salah memahami dan memaknai ajaran Islam. Kedua, jiwanya memang ditakdirkan untuk tidak bahagia.

“Kalau tidak bahagia, dua kemungkinan, salah memahami dan memaknai Islam atau jiwamu memang tidak bahagia atau takdir tersendiri,” ujar Kiai Tafsir dalam Pengajian Bulanan Karyawan Kantor PP Muhammadiyah di Cik Di Tiro, Yogyakarta, Selasa (5/12/2023).

Dia lalu mengungkapkan bahwa tiap-tiap orang potensial mendapatkan kebahagiaan. Tidak mungkin ada orang yang sepanjang hidupnya merasakan kegetiran dan kecemasan.

Seorang pengemis yang meminta-minta di bawah kerlip lampu merah tidak bisa divonis sebagai orang yang paling menderita.

Pun demikian sebaliknya: semua orang potensial merasakan ketidakbahagiaan. Seorang konglomerat paling populer tidak bisa dipandang sebagai orang paling bahagia.

Menurut Kiai Tafsir, kunci kebahagiaan seorang muslim ialah mesti hidup secara seimbang. Menurutnya, lima hal yang perlu dilakukan manusia agar mendapatkan kebahagiaan yang stabil, yaitu: berzikir, berpikir, bekerja, berlibur, dan istirahat.

“Hidup itu harus seimbang, yaitu melaksanakan fungsi kita sebagai manusia yaitu dengan melaksanakan zikir, pikir, kerja, rekreasi, dan istirahat. Kelima hal ini mesti dilakukan agar hidup lebih bahagia,” tutur Tafsir.

Pendekatan ini, menurut Tafsir, adalah praktik yang dilakukan oleh Rasulullah Saw. Beliau tidak hanya beribadah, tetapi juga terlibat dalam interaksi sosial, berdiskusi, dan bercanda gurau dengan para sahabat. Rasulullah juga bekerja dan memberikan contoh hidup secara proporsional.

Tafsir juga mengingatkan umat Islam untuk selalu menjaga harmoni dengan alam. Kerusakan alam dapat menyebabkan kerusakan pada manusia.

Oleh karena itu, selain hidup secara seimbang, pelestarian alam juga dianggap penting agar kehidupan semakin penuh berkah dan kebahagiaan.

“Kalau alam kita rusak, maka yang sangat dirugikan adalah manusia itu sendiri. Maka selain melakukan lima hal tadi, kita juga mesti merawat kelestarian alam dan lingkungan agar dapat keberkahan dan kebahagiaan,” jelas Kiai Tafsir. (tim)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini