*) Oleh: Nanang Eko Nurcahyanto, S.Pd
Sekretaris Majelis Tabligh PDM Kabupaten Trenggalek
Sahabatku fillah…
Kenapa ya kadang-kadang kita tu rela pusing siang dan malam hanya demi mikirin dunia. Padahal kita nggak sadar kalau ternyata kita itu setiap hari sedang antre untuk meninggalkan dunia.
Yah, dunia yang saat ini membuat kita bebas melakukan apa pun, namun pada akhirnya kita harus bertanggung jawab atas apa yang kita lakukan.
Coba deh, perhatikan Firman Allah SWT dalam surah Al Hajj ayat 52:
وَمَآ اَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَّسُوْلٍ وَّلَا نَبِيٍّ اِلَّآ اِذَا تَمَنّٰىٓ اَلْقَى الشَّيْطٰنُ فِيْٓ اُمْنِيَّتِهٖۚ فَيَنْسَخُ اللّٰهُ مَا يُلْقِى الشَّيْطٰنُ ثُمَّ يُحْكِمُ اللّٰهُ اٰيٰتِهٖۗ وَاللّٰهُ عَلِيْمٌ حَكِيْمٌۙ
“Kami tidak mengutus seorang rasul dan tidak (pula) seorang nabi sebelum engkau (Nabi Muhammad), kecuali apabila dia mempunyai suatu keinginan, setan pun memasukkan (godaan-godaan) ke dalam keinginannya itu. Lalu, Allah menghapus apa yang dimasukkan setan itu, kemudian Allah memantapkan ayat-ayat-Nya (dalam hati orang-orang beriman). Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
Melalui ayat ini kita coba memahami, bahwa se-level nabi dan rasul saja kalau punya keinginan seketika itu setan langsung masuk ke dalam keinginan itu untuk memasukkan godaannya.
Apalagi kita yang hanya manusia biasa yang barangkali amalannya pun belum ada yang istimewa.
Maka dari sini kita mesti sadar bahwa salah satu godaan terbesar kita adalah “keinginan”. Dan keinginan itu memiliki sifat yaitu tidak pernah puas dan tidak ada habisnya.
Maka kita harus terus meng-upgrade rasa syukur kita kepada Allah SWT setiap hari.
Orang yang asyik adalah orang yang paling pandai bersyukur. Setiap ada kejadian entah baik maupun buruk, dia selalu katakan ,” Alhamdulillah, ini kehendak Allah yang terbaik untuk saya.”.
Dan Masya Allah, tentu aura seseorang yang seperti ini akan memancarkan hal yang positif. Dia tak pernah menyalahkan keadaan.
Dia pun tak pun tak mau menyalahkan orang lain dan selalu rida atas pemberian Allah SWT. Itulah sifat orang yang beriman.
Namun bayangkan ketika kita memiliki teman yang sedikit-sedikit mengeluh. Masalah makanan dikeluhkan, masalah tempat tidur dikeluhkan dan apa pun sesuatu yang hadir kepadanya selalu dijadikan alasan untuk mengeluh.
Maka tentu orang seperti ini auranya redup dan mudah patah. Padahal Allah SWT sudah menyiapkan segala macam solusi atas setiap permasalahan dan selalu menyediakan jawaban atas setiap kegundahan.
Sahabatku fillah…
Sungguh, salah besar jika kita mengira bahwa kebaikan itu sifatnya selalu menyenangkan dan menggembirakan.
Sementara yang tidak menyenangkan dan bahkan menyedihkan itu tidak baik baginya. Padahal standar kecintaan Allah kepada hamba-Nya bukan seperti itu.
Allah SWT berfirman dalam surah Al Ma”arij ayat 21:
إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا
“Apabila manusia ditimpa kesusahan ia akan berkeluh kesah dan apabila ia mendapat kebaikan ia amatlah kikir (bakhil).”
Saat dalam kondisi miskin dan ditimpa rasa sakit, dia banyak mengeluh dan tidak mau bersabar.
Sementara Allah selalu menggantikan rasa sakit tersebut dengan pahala yang besar serta penghapusan dosa apabila kita betul-betul mampu bersabar.
Andai saja setiap orang memiliki prinsip untuk hanya membeli dan memiliki sesuatu sesuai dengan yang dibutuhkan saja, maka hidupnya akan nyaman dan tidak mudah tertekan.
Namun jika membeli sesuatu atas dasar mengejar keinginan maka lebih baik jangan. Karena ujung-ujungnya hanya akan memperbudak diri dan tidak bersifat lama.
Sahabat fillah, percayalah!
Orang yang selalu disiksa dengan keinginan maka sekejap saja dia akan merasa senang dan bahagia lantaran hasratnya terpenuhi, namun yakinlah hal itu tidak akan bisa bertahan lama.
Ada penelitian yang menyatakan bahwa ketika seseorang menggunakan uangnya hanya sekedar untuk memuaskan keinginannya, maka hidupnya tidak bisa bahagia, karena rentan kecewa.
Kisah nyata, ada tetangga saya yang menggebu-gebu pingin beli handphone baru karena kebetulan dia baru saja mengambil gajinya.
Maka dia pun mulai gemar menonton video-video di youtube yang menjelaskan tentang spesifikasi handphone incarannya.
Serasa sudah yakin dengan type dan merk Handphone itu akhirnya dia pun tanpa ragu langsung membelinya.
Namun apa yang terjadi ? Ketika dia mulai meng-unboxing dan dia mencoba memakainya selama seminggu, rupanya dia kecewa.” Wah ternyata gak sesuai ekspektasi, benar-benar mengecewakan!”.
Akhirnya yang tersisa hanya rasa jengkel. Dalam hatinya mulai banyak penyesalan,” Tau gitu aku beli harga yang lebih murah”.
Nah kan, padahal baru aja merasa senang dengan handphone barunya dia sudah mulai tergoda,” Waduh kenapa aku gak milih yang itu aja ya, lebih keren, lebih canggih!”
Dan itulah manusia yang rentan sekali merasa kecewa dan rentan sekali untuk berduka. Sementara orang yang senang menyenangkan orang lain, dia akan mendapatkan kebahagiaan hati yang sangat mendalam dan berefek positif terhadap dirinya.
Seseorang yang tidak mementingkan keinginan nafsunya sendiri maka akan selalu punya ide untuk berbagi.
Dia tahu bahwa nikmat yang dia dapatkan bukan lantaran hasil kepintaran dan kerja kerasnya sendiri.
Namun itu semua merupakan kemurahan Allah SWT kepadanya. Maka ketika memiliki makanan, dia akan memilih berbagi dibandingkan hanya menelan makanan itu sendiri.
Tatkala memiliki kelebihan harta pun dia akan memilih membelanjakannya di jalan Allah SWT. Rupanya metode ini sangat ilmiah.
Bukan saja kita bahas tentang pahala berbagi, namun kita harus bisa menjadi orang yang berkuasa atas diri kita sendiri.
Jangan sampai kita diperbudak oleh keinginan dan jangan sampai syahwat kita mendominasi.
Sahabat fillah…
Seandainya laki-laki tidak berusaha menjaga pandangan, tatkala memandang wanita yang cantik dan menggoda dia akan meneruskan jebakan setan itu dengan merealisasikan di jalan kemaksiatan.
Pun seandainya wanita tidak menjaga kehormatannya, maka dia akan memilih menjadi budak harta dengan menjual kemolekan tubuhnya.
Dalam surah Al Kahfi ayat 28 Allah SWT berfirman:
وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا
“Janganlah kedua matamu berpaling dari mereka karena mengharapkan perhiasan kehidupan dunia. Janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami serta menuruti hawa nafsunya dan keadaannya melewati batas.”
Semoga kita tergolong orang-orang yang pandai menahan diri dari keinginan syahwat yang menghinakan dan digolongkan bersama orang-orang yang pandai bersyukur serta diwafatkan dalam keadaan iman dan Islam. Aamiin. (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News