UM Surabaya

Nahwu-Shorof adalah dua disiplin ilmu yang dapat digunakan sebagai ilmu keterampilan atau ilmu alat, dan membantu untuk dapat menerjemahkan dan memahami Alquran dan kitab kuning dengan benar.

Sebagai ilmu alat, Nahwu-Shorof tumbuh dan berkembang sejak zaman sahabat tabi’in. Ilmu Nahwu pertama kali disusun oleh Abdul Aswad Ad-Duali atas perintah sahabat Ali Karromallahu Wajhah “Syarah Muhtasor Jiddan”.

Sedangkan ilmu Shorof pertama kali disusun oleh Ulama’ dari kufah yang bernama Imam Mu’adz bin muslim “As-Sorful Wadih”.

Munculnya Teori Quantum Nahwu-Shorof Linnaasyiin yang disebut dengan metode tamyiz supaya dapat diajarkan dan dipahami dengan mudah dan menyenangkan oleh anak kecil Indonesia yang rata-rata hanya bisa membaca Alquran dengan metode tajwid tanpa memahami terjemahnya.

Dan dengan menggunakan pendekatan struktur satuan bahasa dimulai dari satuan yang terkecil yaitu abjad, kalimah/lafaz sampai kepada satuan yang terbesar yaitu jumlah/kalam.

Dengan hasil akhir anak kecil tersebut dapat membaca, menerjemahkan dan mengajarkan Alquran dan kitab kuning sesuai dengan kaidah Nahwu-Shorof yang juga disesuaikan dengan latar belakang orang Indonesia.

Prof. Dr. KH. Akhsin Sakho Muhammad al-Hafidz menjelaskan, kendala yang dihadapi santri selama ini adalah sulitnya memformulasikan teori Nahwu-Shorof dengan cara pembelajaran yang mudah, karena Nahwu-Shorof terlanjur dipersepsikan sebagai pelajaran yang sulit.

Adapun kendala tersebut adalah harus belajar membaca kitab Nahwu dan Shorof, harus belajar menerjemahkan kitab tersebut, harus belajar memahami teori kitab tersebut, harus belajar mengaplikasikan teori kitab tersebut pada kitab kuning lain, pada kitab tertentu harus menghafal matan dan nadzom.

Karena kendala itulah maka dibutuhkan waktu bertahun-tahun bagi santri untuk dapat membaca kitab kuning. Dengan metode Tamyiz, kendala itu bisa teratasi. Pasalnya, Metode Tamyiz merupakan formulasi teori Quantum Nahwu-Shorof Linnaasyiin dengan cara pembelajaran yang mudah dan menyenangkan bagi santri Indonesia.

Sebuah metode yang mampu membuat santri dan siapa pun yang bisa membaca Alquran bisa langsung pintar membaca, menguraikan struktur kata sekaligus menerjemahkan Alquran dan kitab kuning dengan pendekatan struktur satuan bahasa dimulai dari terkecil yaitu abjad, kalimah/lafaz sampai yang terbesar, yaitu jumlah/kalam “struktur yang tadrijiy” dalam waktu kurang lebih 100 jam belajar atau tidak perlu bertahun-tahun untuk bisa membaca kitab kuning.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini