Prinsip umum tersebut akan sangat menentukan hasil yang diperoleh santri dalam memahami terjemah makna Alquran dan membaca kitab kuning, apabila guru atau ustaz mampu mengajarkannya dengan cara yang baik, sesuai standar pembelajaran Tamyiz akan menghasilkan santri yang dapat menerjemahkan Alquran dan membaca kitab kuning dalam 100 jam belajar.
Sebaliknya, apabila cara mengajarkannya tidak sesuai dengan standar pembelajaran Tamyiz maka sangat sulit mencapai target tersebut.
Pembelajaran adalah proses transformasi data dan informasi kepada otak manusia.
Manusia dibekali otak oleh Allah SWT yang luar biasa, sebagaimana Allah berfirman:
وَاللّٰهُ اَخْرَجَكُمْ مِّنْۢ بُطُوْنِ اُمَّهٰتِكُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ شَيْـًٔاۙ وَّجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْاَبْصَارَ وَالْاَفْـِٕدَةَۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatu pun, dan dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu
bersyukur”. (QS. An-Nahl ayat 78)
Pembelajaran yang optimal adalah pada saat ketiga otak manusia “pendengaran,
penglihatan, dan hati” semuanya aktif sesuai dengan fungsi masing-masing yang saling
melengkapi satu sama lain.
Proses aktivasi ketiga otak santri pada saat belajar bukan ditentukan oleh santri itu sendiri, tetapi lebih ditentukan dari cara atau metode seorang pengajar. Inilah yang dimaksud dengan “cara mengajar guru lebih penting dari materi yang diajarkan.” (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News