Menilai dan Melihat Orang lain dari Yang Tampak (Bagian 2)
foto: net/ist

*) Oleh: Sigit Subiantoro
Anggota Majelis Tabligh PDM Kabupaten Kediri

Kisah Usamah bin Zaid ditegur Nabi.

Dari Usamah bin Zaid radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata:

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengutus kami ke al-Huraqah, salah satu daerah Juhainah.

Lalu saat pagi hari kami menyerang mereka hingga dapat mengalahkannya, setelah itu aku dan seorang laki-laki Anshar bertemu dengan seorang laki-laki dari mereka.

Ketika kami mendekatinya, maka dia mengucapkan, ‘La Ilaha Illallah’. Maka, laki-laki Anshar itu menahan diri untuk tidak membunuhnya, sedangkan aku menusuknya dengan tombakku, hingga aku membunuhnya.”

Usamah berkata, “Ketika kami sampai, maka peristiwa itu sampai pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka beliau berkata kepadaku, ‘Wahai Usamah, apakah kamu membunuhnya setelah dia mengucapkan, ‘‘La Ilaha Illallah’?‘”

Aku menjawab, “Wahai Rasulullah, dia mengucapkan hal tersebut hanya sebagai tameng (takut terhadap pedang).”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Apakah kamu membunuhnya setelah dia mengucapkan kalimat tersebut?” (dalam riwayat lain: “Mengapa engkau tidak belah saja hatinya hingga engkau dapat mengetahui, apakah ia mengucapkannya karena takut senjata atau tidak?”)

Baca juga: Menilai dan Melihat Orang Lain Dari yang Tampak (Bagian 1)

Usamah berkata, “Dan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam senantiasa mengulanginya hingga aku berandai-andai bahwa aku baru masuk Islam pada saat itu (agar terhapuskan kesalahannya).” (HR Bukhari dan Muslim)

Bahkan, dalam medan perang pun kita hanya diperintahkan untuk menghukumi seseorang dari yang tampak tanpa harus mengetahui apa isi hatinya.

Semoga bermanfaat. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini